Tugas: UTS
Mata Kuliah: Pengantar Jurnalistik
Oleh: Hizkia Dwiatmaja
1400410023/Digital Communication
Surya University
Sejarah
Kemajuan Pers dan Jurnalistik
1.
Pengertian
dan Latar Belakang
Secara umum, pers adalah seluruh media yang
menyampaikan informasi berupa fakta dan laporan kepada masyarakat luas. Sedangkan
jurnalistik merupakan kegiatan mengelola laporan harian dan menyebarkannya
kepada khalayak mengenai apa saja yang sedang atau telah terjadi di dunia. Pers merupakan media untuk
menyampaikan karya jurnalistik dan tidak berguna tanpa prinsip-prinsip jurnalistik, sehingga keduanya berhubungan
erat.
Pers dan jurnalistik pada masa
sekarang sangatlah berbeda dibandingkan dahulu kala. Pers dan Jurnalistik telah
berevolusi seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi. Perkembangannya dapat dilihat
dalam sejarah sejak pertama kali pers dan jurnalistik ada.
2.
Perkembangan
Pers dan Jurnalistik Dunia
Berkembangnya
pers dan jurnalistik dunia dimulai dari munculnya kegiatan jurnalistik pertama yaitu adanya Acta Diurna pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan Julius Caesar
(100-44 SM). Acta Diurna memuat hasil
sidang, kegiatan senat, peraturan, pengumuman, dan kejadian sehari-hari yang
ditempel di dinding atau Forum Romanum,
(Stadion Romawi atau forum kota). Pada saat ini muncul juga “Diurnarii”, yang pekerjaannya serupa jurnalis, yaitu orang-orang yang bekerja membuat
catatan tentang hasil rapat senat.
Penyebaran berita dan perkembangan
jurnalistik berkembang pesat sejak ditemukannnya mesin cetak oleh Guttenberg
pada tahun 1456 dan
mesin rotasi William Bullock pada
1863. Set linotip ciptaan Mergenthaler pada 1894 membantu
mesin mencetak huruf-huruf yang disatukan sekaligus, tidak
lagi secara lepas. Beberapa
penemuan lain yang
membawa kemajuan dalam
proses jurnalistik,
antara lain Telegraf oleh Morse (1844), mesin ketik (1895), Telepon oleh
Alexander .G.B (1876), dan Radio oleh Marconi (1895).
Pada abad 19, muncul televisi CNN Amerika Serikat sebagai media berita yang besar, perusahaan besar film Amerika Serikat, dan era jurnalisme kuning. Jurnalisme kuning adalah surat kabar yang memuat berita sensasional hanya untuk menarik pembaca. Istilah ini diawali oleh perang sengit penyajian berita dalam surat kabar New York Journal dan The New York World.
Pada abad 19, muncul televisi CNN Amerika Serikat sebagai media berita yang besar, perusahaan besar film Amerika Serikat, dan era jurnalisme kuning. Jurnalisme kuning adalah surat kabar yang memuat berita sensasional hanya untuk menarik pembaca. Istilah ini diawali oleh perang sengit penyajian berita dalam surat kabar New York Journal dan The New York World.
Jurnalistik online tumbuh pesat pada tahun 1998. Hal ini
diawali dengan berita perselingkuhan presiden AS Bill Clinton yang dimuat oleh
Mark Druge. Dengan adanya internet, proses penyebaran berita dan jurnalistik
sangat dimudahkan, dibuktikan dengan banyaknya jurnalisme warga.
Sekarang
media untuk jurnalistik sudah sangat
beragam. Mulai dari koran, majalah, media
online dan berbagai media yang lainnya
3.
Perkembangan
Pers dan Jurnalistik di Indonesia
Perkembangan
jurnalistik di Indonesia terdiri dari beberapa fase masa hingga bisa menjadi
seperti ini sekarang.
3·1
Zaman Penjajahan
Colonial Belanda (1744 - awal abad 19)
Tahap awal pers dan kegiatan jurnalistik berkembang di
Indonesia bermula dari tulisan tangan Gubernur Jenderal VOC tentang berita-
berita dari Nederland, kemudian terbitnya
surat kabar pertama oleh Belanda disusul dengan koran lokal bahasa
daerah, melayu, dan bahasa cina. Tujuan utama
koran Belanda sebagai pembantu pemerintahan kolonial belanda
dan memuat berita resmi dari pemerintah. Sedangkan
surat kabar lokal banyak memuat tentang nasionalisme. Namun, peredarannya masih sedikit dan diawasi dengan ketat oleh Belanda. Selain
surat kabar, Belanda juga mendirikan siaran radio pertama bernama Bataviase
Radio Verening di jakarta pada tahun 1925 untuk memperkuat daerah dan
kedudukan. Setelah radio belanda, muncul pula radio-radio swasta lain sebagai
pergerakan nasionalisme ataupun dagang.
3·2
Masa Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Saat Jepang mengambil alih kekuasaan, banyak koran yang dilarang
beredar, terutama koran pribumi, belanda dan cina. Banyak surat kabar diambil alih dan dipaksa
bergabung menjadi satu. Surat kabar
sangat diawasi ketat dan isinya hanya tentang propaganda
dan memuji pemerintah Jepang. Wartawan Indonesia tidak terasah dan tertekan karena semua yang mereka lakukan diarahkan
oleh Jepang sehingga tidak ada kebebasan jurnalistik. Walaupun begitu, pers
Indonesia mengalami kemajuan seperti majunya penyebaran surat kabar hingga
20.000-30.000 eksemplar per hari. Pada era ini juga mulai diberlakukannya izin
penerbitan pers.
3·3
Masa
Kemerdekaan (1945-1949)
Setelah Jepang menyerah pada sekutu, kebebasan pers mulai bangkit dan munculah berbagai
surat kabar nasional serta Radio Republik Indonesia yang digunakan saat menyiarkan proklamasi kemerdekaan pada 17
Agustus 1945. Pada masa ini pers menjadi dua bagian, yaitu
pers yang terbit dan dikelola oleh pendudukan sekutu
dan pers yang diusahakan oleh rakyat Indonesia.
3·4
Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Pada 17 Agustus
1950, RIS kembali menjadi NKRI yang menganut demokrasi liberal. Pada masa ini kebebasan
pers telah tercantum dalam UUDS.
Namun, masih banyak surat
kabar yang harus mengikuti kehendak penguasa. Selain itu, surat kabar juga
harus memiliki surat ijin terbit
untuk peredarannya dan dapat dicabut kapanpun sehingga para wartawan
harus bekerja ekstra hati-hati dibawah ketakutan. Tercatat sekitar 42 peristiwa
yang dialami pers yang meliputi kekerasan, pembredelan, penahanan, dan penganiayaan
wartawan pada tahun 1958.
3·5
Masa Orde Lama (1960-1965) dan Orde Baru
Masa
pemerintahan Soekarno, pers semakin tertekan dengan adanya pembredelan massa dan sanksi
perijinan pers.
Sensor sangat ketat dan dilakukan secara sepihak. Di tahun 1964
Kementerian Penerangan mengontrol semua kegiatan pers dan kebanyakan
pers digunakan
sebagai sarana untuk menyiarkan kebijakan pemerintah. Di sisi lain, televisi
mulai dikembangkan pemerintah menjelang Asian Games IV tahun 1962. Inilah Televisi Republik Indonesia dengan layar
hitam putih.
3·6
Masa Orde Baru
Masa orde baru hampir serupa dengan orde lama.
Pembredelan masih banyak terjadi karena dikeluarkannya peraturan pemerintah
tentang legalisasi pembredelan. Walaupun begitu, pers tetap menjadi sarana
penerangan yang penting dalam pembangunan di segala bidang. Di sisi lain,
televisi swasta mulai banyak beroperasi sejak diberikannya ijin oleh
pemerintah.
3·7
Masa Reformasi
Pada tahun 1998, pers lebih terbuka dan bebas sejak
dikeluarkannya UUD yang menjamin kemerdekaan pers. Tidak ada lagi surat ijin terbit, penyensoran,
pembredelan, dan pelarangan penyiaran, sehingga banyak bermunculan media berita
baru. Pers lebih berperan
untuk memberikan informasi pada masyarakat sesuai apa yang mereka liput, tanpa
terpengaruh oleh pemerintah.
Pers juga melakukan pengawasan, kritik, dan saran terhadap kinerja pemerintah untuk kepentingan umum.
4. Kesimpulan
Kehidupan pers dan jurnalistik sudah sangat berkembang
sejalan dengan berkembangnya kemajuan zaman dan teknologi. Kehidupan politik,
ideologi, dan kebudayaan suatu bangsa juga mempengauhi perkembangannya. Peranan
pers dan jurnalistik
yang sekarang begitu hebat menjadi salah satu komponen penting
bagi pembentukan masyarakat. Penyebaran
informasi menjadi lebih cepat dan efisien sejalan
dengan berbagai media pendukung yang telah maju.
Berkembangnya
media informasi juga bisa dilihat saat ditemukannya mesin cetak. Bila dahulu
penyebarannya masih menggunakan tulisan tangan, sekarang terdapatlah koran atau
majalah yang dicetak. Setelah itu, radio dan televisi juga ikut membantu
penyebaran informasi. Penemuan satelit dan internet mengubah kehidupan media
informasi dan pers. Masyarakat luas dapat mengakses berbagai informasi hanya
dalam teknologi yang mereka miliki.
Sedangkan
perkembangan jurnalistik dapat dilihat jurnalis yang awalnya hanya mencatat
hasil rapat senat Acta Diurna,
pencarian informasi sensasional jurnalisme kuning, kemudian VOC yang menuliskan
berita, hingga masa reformasi Indonesia dimana jurnalis dapat bebas mencari dan
menyebarkan informasi yang mereka anggap menarik.
5.
Sumber
Referensi
Lecture Note
Tidak ada komentar:
Posting Komentar