STUDI
HUBUNGAN PEMILIHAN PAKAIAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA UNIVERSITAS
SURYA
(Studi
Penelitian Secara Kuisioner Tentang Pemilihan Pakaian Terhadap Kepercayaan Diri
Mahasiswa Universitas Surya Angkatan 2013 dan 2014)
Metode Penelitian Komunikasi
Oleh
:
Grace
Samantha Rottie (1400410013)
Gracia
Rosa Setya Putri (1400410002)
Hizkia
Dwiatmaja (1400410023)
Nur
Mu’minati Suradi (1400410036)
Satrio
Cahyo Buwono (1400410021)
Ivan
Achlaqullah (1400410020)
Ahmad
Muzakki (004132464312635)
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SURYA
SERPONG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan pertolongannya, tim peneliti dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Studi Hubungan
Pemilihan Pakaian Terhadap Kepercayaan Diri Mahasiswa Universitas Surya
sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Alasan utama makalah ini ditulis
adalah untuk memenuhi syarat akhir berupa tugas dari mata kuliah Metode
Penelitian Komunikasi.
Dalam penyusunan makalah ini,
banyak rintangan dan hambatan yang dirasakan oleh tim penulis. Karena itu, tim
penulis sangat berterima kasih kepada Ibu Umaimah Wahid selaku dosen mata
kuliah Metode Penelitian Komunikasi yang selalu membimbing kami dengan sabar
dalam setiap proses pembuatan. Terima kasih juga tim penulis ucapkan kepada
para narasumber yang telah ikut membantu memberikan informasi-informasi yang
penulis butuhkan beserta teman-teman seperjuangan Program Studi Komunikasi
Digital angkatan 2014 yang selalu mendukung dan memberikan semangat.
Semoga makalah yang telah disusun
ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan mengenai hubungan pakaian dan
kepercayaan diri bagi para pembaca. Walaupun makalah ini masih jauh dari
sempurna, Tim penulis berharap para pembaca dapat memberikan masukan-masukan
berupa saran maupun kritik agar tim penulis dapat membuat makalah yang lebih
baik lagi di masa yang akan datang.
Serpong,
Juni 2015
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Penelitian
BAB II LANDASAN
PEMIKIRAN
2.1 Pengertian Pakaian
2.2 Pengertian Kepercayaan Diri
2.3 Teori Hierarki Kebutuhan
2.4 Teori Fungsi Busana
2.5 Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
3.2 Paradigma Penelitian
3.2 Sampel dan
Populasi
3.3 Metode
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
3.4 Operasional
variabel
3.4.1 Variabel Bebas
3.5.2 Variabel
Terikat
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
4.2 Uraian
4.3 Hubungan dengan Teori
BAB V SIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN8
ABSTRAK
STUDI HUBUNGAN PEMILIHAN PAKAIAN
TERHADAP
KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA
UNIVERSITAS SURYA
(iii
+ 18 halaman; 2 lampiran)
Latar
belakang penelitian ini adalah pakaian memiliki makna tersendiri bagi
penggunanya, sehingga perlu diteliti makna tersebut bagi penggunanya . Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pemilihan pakaian dengan
kepercayaan diri mahasiswa Universitas Surya. Metode penelitian yang digunakan
adalah survei dengan membagikan kuesioner kepada mahasiswa Universitas Surya.
Tim peneliti menganalisis data dari kuesioner. Temuan dari penelitian ini
adalah sebagian besar responden mengatakan selain fungsi pakaian untuk
melindungi tubuh, pakaian juga mencerminkan kepercayaan diri mahasiswa.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemilihan pakaian dengan kepercayaan diri
mahasiswa memiliki hubungan yang cukup berpengaruh. Saran dari penelitian ini
adalah mahasiswa tidak perlu khawatir dengan tingkat kepercayaan diri mereka.
Kata Kunci: kepercayaan diri, pakaian, pemilihan pakaian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di kehidupan ini, pakaian merupakan
hal yang tidak bisa lepas dari manusia dan menjadi bagian yang penting sebagai
salah satu kebutuhan pokok. Dalam buku yang ditulis oleh Malcolm, diuraikan
bahwa pakaian dapat berfungsi sebagai alat komunikasi identitas, adat, dan
sifat individu pemakaiannya[1].
Gaya berpakaian seseorang dipengaruhi oleh banyak hal seperti budaya,
nilai-nilai yang diwariskan kelompok masyarakat maupun keluarga, lingkungan,
media, trend fashion, serta karakter
pribadi. Semua itu memberi referensi cara berpakaian dan membentuk preferensinya.[2]
Menurut Irwan M. Hidayana, selain berfungsi sebagai pelindung tubuh, pakaian
juga merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengekspresikan seni dan
keindahan. Setiap orang berlomba-lomba tampil lebih modern, muda, dan gaya.
Pakaian menjadi corak kreatifitas dan seni tiap individu.
Berbicara mengenai kreatifitas dan
seni, seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan tumbuh menjadi individu
yang lebih kreatif dan produktif. Mereka akan mampu mengekspresikan dirinya
dengan lebih baik. Menurut Thantaway, percaya diri adalah suatu kondisi mental
yang menjadikan seseorang dapat bertindak dengan keyakinan yang kuat pada
dirinya[3].
Dapat disimpulkan bahwa pengertian rasa percaya diri adalah suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya, serta kelebihan
tersebut membuatnya merasa mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Kepercayaan diri seseorang memampukan dirinya
untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan atau situasi yang dihadapinya[4],
sifat ini merupakan milik pribadi yang sangat penting dan ikut menentukan
kebahagiaan hidup seseorang. Kepercayaan diri dapat berkembang dari evaluasi
diri yang memampukan seseorang untuk dapat memahami diri sendiri dan akan tahu
siapa dirinya. Orang yang tidak memiliki kepercayaan diri akan memiliki konsep
diri negatif, rendah diri, dan sering menutup diri.
Hal yang ingin
dibahas dalam penelitian ini adalah, apakah ada hubungan antara kepercayaan
diri tersebut dengan gaya berpakaian seseorang. Saat ini, pakaian sudah sangat
bervariasi baik dari segi model dan warna pakaian. Berbagai jenis model pakaian
yang mencakup perbedaan bentuk, warna, dan bahan mencerminkan berbagai corak
seni dan keindahan tersendiri. Segala jenis pakaian, dari formal, semiformal,
hingga nonformal memiliki makna tersendiri bagi penggunanya. Oleh karena
itulah, perlu diketahui makna-makna tersebut bagi penggunanya, apakah suatu
pakaian dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri pengguna, ataupun memiliki
arti lain bagi penggunanya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah
dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Rumusan
masalah umum:
1. Bagaimana
hubungan antara pemilihan pakaian dengan tingkat kepercayaan diri mahasiswa?
Rumusan masalah khusus:
1. Bagaimana
pengaruh pemilihan suatu pakaian terhadap tingkat kepercayaan diri mahasiswa
Surya University?
2. Bagaimana
tanggapan mahasiswa Surya University terhadap hubungan antara pakaian dengan
kepercayaan diri mereka?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan
akademis:
Secara akademis, penelitian ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang hubungan antara pemilihan pakaian dengan
kepercayaan diri mahasiswa Surya University.
Tujuan praktis:
Secara praktis, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemilihan pakaian pada kepercayaan diri
mahasiswa Surya University. Penelitian ini juga diharapkan dapat sebagai
referensi atau pembantu untuk pembuatan makalah penelitian selanjutnya yang
memiliki topik bersangkutan.
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN
2.1 Pengertian Pakaian
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, pakaian merupakan barang yang dipakai untuk menutupi tubuh. Pakaian termasuk
salah satu kebutuhan pokok selain makanan dan tempat tinggal. Pakaian
melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat dan bertindak sebagai perlindungan
dari unsur-unsur yang merusak, seperti suhu panas dan dingin, sengatan
matahari, hujan, salju, angin atau kondisi cuaca lainnya[5].
Pakaian juga mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja atau
olahraga. Selain itu, pakaian juga dapat berfungsi sebagai pelindung dari
bahaya lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia berbahaya, senjata,
dan kontak dengan zat kimia. Pakaian pada umumnya terbuat dari katun, linen,
nilon, poliester, sutra, maupun wol atau kulit binatang.
2.2 Pengertian Kepercayaan Diri
Percaya
diri merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan individu[6].
Percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis seseorang untuk
memberikan keyakinan kuat pada dirinya untuk berani berbuat atau melakukan
suatu tindakan[7].
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan yakin atas kemampuan mereka
sendiri serta optimis, sedangkan seseorang yang tidak percaya diri akan
memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, kurang
motivasi, mudah putus asa, dan sering menutup diri.
2.3 Teori Hierarki Kebutuhan
Menurut Abraham Maslow, manusia
memiliki lima tingkat kebutuhan dasar yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi
sepanjang masa hidupnya[8].
Kebutuhan tersebut bertingkat dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul
dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi. Setiap orang pasti
akan melalui tingkatan-tingkatan tersebut dalam hidupnya. Lima tingkatan ini
membedakan setiap manusia dan mempengaruhi kesejahteraan hidupnya, teori ini
juga telah resmi di akui dalam dunia psikologi.
Kebutuhan
dasar menurut Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, yang berupa kebutuhan dasar
manusia untuk hidup. Selanjutnya, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan cinta sayang dan
kepemilikan, kebutuhan esteem, dan yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi
diri yang menggambarkan ketepatan seseorang dalam menempatkan diri sesuai
dengan kemampuannya. Aktualisasi diri melibatkan
keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi, seperti
keinginan untuk mencapai prestasi-prestasi yang hebat. Kebutuhan aktualisasi diri tidak
selalu jelas dan berbeda tiap individu satu dengan lainnya.
Tingkatan kebutuhan fisiologis merupakan tingkatan
yang paling mendasar untuk mempertahankan kehidupan individu. Kebutuhan
fisiologis adalah kebutuhan yang akan terus menerus muncul dan harus dipenuhi.
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian,
tempat berteduh, istirahat, air, dan oksigen.
Tingkatan
kebutuhan Esteem melibatkan kebutuhan baik harga diri dan penghargaan
dari orang lain. Manusia selalu butuh untuk dihormati dan dihargai. Contoh
penghargaan meliputi pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, untuk merasakan
kepuasan dalam hidupnya. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, kepercayaan diri
seseorang akan bertambah dan orang akan merasa lebih berharga sebagai orang di
dunia. Ketika kebutuhan ini tak terpenuhi, orang merasa rendah, lemah, tak
berdaya dan tidak berharga. Penghargaan juga meliputi penghargaan dan
kepercayaan atas diri sendiri, akan sejauh mana seseorang menilai dirinya
positif, bernilai, ataupun berharga.
2.4 Teori Fungsi Busana
Kaiser
(1990) menjelaskan empat teori tentang fungsi busana, yaitu teori kesopanan,
dimana fungsi pakaian didasari oleh nilai moral atau kesopanan, teori
ketidaksopanan, yang mengabaikan nilai kesopanan seperti sebagai daya tarik
seksual, teori melindungi diri, dimana pakaian sebagai pelindung, serta yang
terakhir yakni teori berhias[9].
Teori
Berhias atau Decoration Theory menjelaskan
bahwa pakaian yang digunakan mengutamakan estetika agar pemakai terlihat lebih
menarik dan berkesan atau merasa berwibawa. Teori inilah yang menjadi fokus
penelitian dalam fungsi busana. Tujuan manusia menggunakan teori berhias antara
lain diantaranya sebagai:
a. Daya
tarik seksual, untuk menarik perhatian lawan jenis.
b. Trophysm,
untuk menunjukkan kehebatan atau kemampuan tertentu pemakainya.
c. Terrorism,
untuk memberikan suatu kesan tertentu.
d. Identifikasi,
untuk memberikan identitas dan membedakan diri dari orang lain seperti
perbedaan status, jabatan, keagamaan, atau suatu kelompok tertentu.
2.5 Hipotesis Penelitian
Pakaian yang digunakan mahasiswa
bukan sekadar untuk menutupi anggota tubuh belaka, namun pemilihan pakaian
menjadi selera pribadi mahasiswa. Artinya mahasiswa akan cenderung memilih pakaian
yang menurut mereka baik dan cocok untuk digunakan, sedangkan saat pakaian yang
digunakan terasa kurang cocok, maka mahasiswa akan rendah tingkat kepercayaan
dirinya, sebab pakaian mencerminkan diri mahasiswa. Kemudian saat mahasiswa
begitu memperhatikan pakaiannya, bahkan pakaian menjadikan prioritas pertama
sebagai jati diri pribadi. Maka model dan jenis pakaian yang digunakan akan
sangat diperhatikan oleh mahasiswa sehingga mempengaruhi kepercayaan diri
dengan lingkungan sekitarnya, baik saat berinteraksi,berpergian dan
beraktivitas sehari-hari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Rubin,
Palmgreen, & Sypher, 1994 dalam buku Pengantar Teori Komunikasi analisis
dan aplikasi, bahwa metode kuantitatif (quantitative method)
menuntut peneliti untuk melakukan pengamatan yang dapat dikuantifikasi (diubah
dalam bentuk angka) dan kemudian menganalisis angka-angka tersebut. Penelitian
kuantitatif merupakan penelitian dengan menjelaskan suatu masalah yang
hasilnya dapat digeneralisasi.[10]
Dalam penelitian kuantitatif, para peneliti dituntut untuk memisahkan diri dari
data dan bersikap objektif. Artinya semua data harus objektif dan telah teruji.
3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma
positivisme, kali ini peneliti mencoba melakukan penelitian yaitu studi
hubungan pemilihan pakaian pada kepercayaan diri mahasiswa Surya University.
Paradigma ini bertujuan untuk memprediksi dan mengontrol hubungan timbal balik
atau sebab akibat yang objektif. Dalam konsepsi ini, paham positivisme
diidentifikasikan dengan kegiatan riset atau penelitian kuantitatif.
3.2 Sampel dan Populasi
Objek penelitian
yang diteliti yakni mahasiswa Surya University angkatan 2013 dan angkatan 2014.
Mahasiswa Surya University angkatan 2013 dan angkatan 2014 dipilih karena tim
peneliti melihat mahasiswa Surya University sering sekali memakai pakaian yang
bervariasi, baik kasual ataupun sopan dan rapi.
3.3 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis metode
penelitian yang digunakan yaitu metode survei dengan menggunakan kuesioner
sebagai alat sekaligus sebagai teknik pengumpulan data. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
melalui lembaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis kepada sekelompok orang untuk mendapatkan jawaban, tanggapan, atau
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Pertanyaan dalam kuesioner berbentuk
pilihan ganda disertai dengan alasan terhadap jawaban yang dipilih. Melalui
kuesioner dapat didapatkan data secara cepat dan menyeluruh untuk dianalisis. Penggunaan
kuesioner bertujuan untuk memperoleh data atau informasi terkait sejumlah
responden yang telah mewakili populasi. Survei dengan kuesioner dilakukan melalui
cara pemberian secara langsung kuesioner terhadap beberapa mahasiswa Surya
University yang dipilih secara acak atau simple
random sampling. Penyebaran kuesioner diberikan kepada 20 mahasiswa yang
terdiri atas 10 wanita dan 10 laki-laki. Hasil data kuesioner merupakan informasi
penting penelitian yang akan dibahas lebih lanjut.
3.4 Operasional variabel
Dalam penelitian ini, operasional di
definisikan sebagai unsur suatu penelitian yang terkait dengan variabel yang
terdapat dalam judul penelitian maupun yang tercakup dalam paradigma penelitian
yang sesuai dengan rumusan masalah. Dalam penggunaannya, operasional penelitian
digunakan sebagai landasan sekaligus alasan mengapa sesuatu yang memiliki
kaitan bisa mempengaruhi variabel tak bebas ataupun menjadi salah satu penyebab[11].
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang dipergunakan untuk
memperkirakan[12].
Variabel penelitian ini menjadi subjek
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
terikat. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas sebagai variabel bebas adalah
pemilihan pakaian yang digunakan para mahasiswa Surya University yang menjadi
tolak ukur bebas.
·
Pemilihan
Pakaian (X)
Pakaian adalah suatu bahan tekstil atau bahan
lainnya yang dijahit maupun tidak, baik dipakai atau disampirkan untuk penutup
tubuh seseorang. Pakaian berfungsi sebagai pelindung tubuh, juga merupakan salah satu media yang
digunakan untuk mengekspresikan seni dan keindahan. Setiap orang berlomba-lomba
tampil lebih modern, muda, dan gaya. Pakaian menjadi corak kreatifitas dan seni
tiap individu. Dalam pembagian pakaian sendiri terbagi menjadi tiga yaitu
pakaian formal, pakaian nonformal dan pakaian semiformal.
Yang menjadi tolak ukur dalam pemilihan pakaian
adalah jenis pakaian yang digunakan oleh mahasiswa. Maka dari itu, peneliti
menggolongkan pakaian menjadi 3 yaitu
1.
Pakaian formal
meliputi : Kemeja lengan panjang, blus, rok dengan potongan simpel, blazer,
jas, dress, celana kain
2.
Pakaian nonformal
meliputi : Kaos oblong, cardigan, jaket/hoodie/sweater, kaos T-shirt, celana
gunung, celana jeans.
3.
Pakaian semi
formal : Kaos berkerah, kemeja lengan pendek, rok pendek, gabungan antara
formal dan kasual (atasan maupun bawahan).
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel dependent (terikat/ variabel tidak bebas) adalah variabel yang nilainya
akan diperkirakan atau diramalkan[13]. Variabel ini menjadi
subjek yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat adalah tingkat kepercayaan diri mahasiswa.
·
Tingkat
Kepercayaan diri (Y)
Pengertian rasa percaya diri adalah suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya, serta kelebihan
tersebut membuatnya merasa mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Yang menjai objek kajian dalam tingkat kepercayaan
diri adalah:
1.
Keyakinan diri
untuk tampil di muka umum
2.
Tidak malu dalam
bersosialisasi dalam lingkungan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Berdasarkan
data yang diperoleh setelah kuesioner dibagikan secara acak kepada 20
responden, didapatkan hasil sebagai berikut.
1.
Didapati fungsi lain pakaian yang dominan bagi
responden adalah sebagai bentuk representasi kepercayaan diri mereka. Data yang
diperoleh adalah sebagai berikut : Tidak ada yang menjawab pakaian untuk
menunjukkan kehebatan pakaian/pamer mereka; 7 responden memilih pakaian sebagai
cerminan karakter/jati diri; 12 responden yang menjawab sebagai bentuk
representasi kepercayaan diri mereka; serta satu orang yang menjawab sebagai
fungsi lainnya. Alasan yang dijelaskan oleh para responden bahwa dengan
menggunakan pakaian yang mereka anggap bagus dan baik dapat meningkatkan kadar
kepercayaan diri mereka pribadi.
2. Pada
pertanyaan kedua, tim peneliti memperbolehkan responden untuk memilih 3 pilihan
jawaban, untuk pertanyaan ‘apa saja yang menunjang kepercayaan diri anda’.
Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh tim peneliti, responden memilih 3
jawaban yang terbanyak adalah “C,G,H” yaitu gaya rambut, kepintaran, dan
pakaian. Sebab, para responden mengatakan bahwa bila mereka tidak memiliki
kepintaran dalam hal akademis maupun kepintaran dalam memilih gaya rambut dan
pakaian, maka mereka merasa akan kehilangan penunjang dari rasa kepercayaan
diri mereka. Sepeti contoh dan alasan yang dikemukakan oleh responden, apabila
para responden ingin menghadiri sebuah acara penting, namin mereka tidak
memiliki kepintaran dalam memilih gaya rambut dan pakaian yang sesuai dengan
acara tersebut, tentu saja mereka akan merasa malu dan tidak percaya diri ketika
menghadiri acara tersebut.
3.
Pada pertanyaan ketiga, tim peneliti ingin mengetahui
seberapa besar skala pengaruh pakaian terhadap kepercayaan diri responden. Dari
skala 1-5, didapati hasil yang paling banyak yaitu di skala 4, dimana pakaian
cukup mempengaruhi kepercayaan diri responden. Alasan yang diutarakan yaitu
ketika para responden menggunakan pakaian tertentu, hal tersebut dapat
meningkatkan kepercayaan diri mereka.
4. Pada
pertanyaan keempat, tim peneliti ingin mengetahui ‘jenis pakaian apa yang
sering responden gunakan saat pergi ke kampus’. Sebanyak 12 responden memilih pakaian
kasual, dimana menurut pendapat mereka, menggunakan pakaian kasual lebih nyaman dan
tidak memakan waktu lebih dalam penyiapannya.
5. Pertanyaan
yang kelima dan terakhir, tim peneliti membuat pertanyaan tentang ‘apakah
responden pernah memakai pakaian yang tidak sesuai dengan tempatnya’. Didapati separuh
dari seluruh sampel pernah menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan
tempatnya (salah kostum). Para responden memberikan penjelasan bahwa mereka
pada awalnya memang malu, tetapi mereka berusaha tetap percaya diri saja
walaupun menjadi pusat perhatian dari orang yang lain.
4.2 Uraian
Pakaian adalah
salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia selain pangan dan papan.
Selain fungsi pakaian sebagai
alat penutup tubuh yang memberikan kepantasan, Kenyamanan dan keamanan, pakaian
juga memiliki makna lain bagi pengguna maupun pengamatnya. Pakaian dapat
mencerminkan kreatifitas, status, budaya, maupun identitas penggunanya.
Jenis-jenis pakaian meliputi baju, celana, rok, blouse, jas, dress, jaket dan
juga pakaian dalam.
Dari data-data
hasil penelitian yang diperoleh, dapat dilihat hubungan antara pakaian dan
kepercayaan diri mahasiswa Surya University. Sebagian besar hasil mengatakan
selain fungsi pakaian untuk melindungi tubuh, pakaian juga mencerminkan
kepercayaan diri mahasiswa. Menurut hasil dari kuesioner yang disebarkan kepada
dua puluh mahasiswa Surya University, cara berpakaian sangat berperan penting
dalam meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Mayoritas mahasiswa menyatakan dengan
menggunakan pakaian kasual saat pergi ke kampus, mereka merasa santai dan
nyaman. Selain itu, pakaian kasual berupa kaos tidak susah dan memakan waktu
dalam penggunaannya sehingga pakaian ini menjadi pilihan mahasiswa untuk pergi
ke kampus. Mahasiswa lain yang menggunakan pakaian semiformal juga menyatakan
bahwa pakaian semiformal mendorong rasa kepercayaan diri mereka karena selain
penggunaannya yang santai, pakaian semiformal juga terlihat sopan karena bentuknya
yang berupa kaos berkerah atau baju yang berbahan tipis. Sedangkan mahasiswa
yang memilih pakaian formal mengemukakan bahwa kerapian membuat mereka nyaman, ataupun
mereka menggunakan pakaian jenis formal karena memang ada tuntutan dari suatu
tempat atau acara yang mereka ikuti.
Pemilihan
pakaian menjadi hal yang cukup penting bagi mahasiswa Surya University. Para
responden berpendapat bahwa pakaian yang mereka pakai cukup berpengaruh terhadap
tingkat kepercayaan diri mereka. Seperti contoh, mahasiswa yang memakai pakaian
yang tidak sesuai dengan tempatnya akan membuat si pemakai baju yang salah merasa
malu, minder, tidak percaya diri, dan berusaha membawa diri mereka untuk
menjauh dari keramaian.
Selain pakaian,
terdapat hal lain yang juga berpengaruh dalam menunjang kepercayaan diri seperti
aksesoris yang digunakan, gaya rambut, sepatu, tas, dan keadaan fisik dan
kepintaran pun dapat menjadi penunjang kepercayaan diri. Namun, pakaian tetap
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri mahasiswa Surya
University.
4.3 Hubungan dengan Teori
Setiap manusia
pasti mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, di antaranya merupakan
kebutuhan pakaian. Pakaian menjadi salah satu bagian dari kehidupan yang sangat
penting. Selain sebagai pelindung, pakaian menjadi ekspresi dan wibawa diri. Individu
yang mendapat pujian terhadap pakaian yang mereka pakai dapat dipastikan akan
lebih percaya diri akan penampilannya. Dari data hasil penelitian, responden
menyatakan bahwa berpenampilan akan meningkatkan kepercayaan diri, menyatakan
bila ekspresi mereka dihargai, maka akan meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Ketika mereka menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan tempat, maka yang
terjadi adalah rasa percaya diri akan menurun dan tidak akan mendapatkan pujian
karena salah berpakaian, dimana hal ini mempengaruhi kebutuhan penghargaan yang
dikemukakan menurut Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow.
Pakaian dapat
memberikan suatu kesan tertentu kepada pengamatnya, sepeti rasa kesopanan,
kenyamanan, dan keindahan sehingga pakaian yang digunakan dapat mempengaruhi
persepsi pengamat yang melihat pakaian tersebut. Pengamat yang memberikan nilai
positif terhadap pakaian tersebut dapat membuat penggunanya merasa lebih
percaya diri. Teori berhias dalam fungsi busana menjelaskan bahwa pakaian yang mengutamakan
estetika membuat pemakai terlihat lebih menarik, berkesan dan membuatnya merasa
berwibawa. Semakin menarik, cocok, dan berwibawa seseorang, maka semakin tinggi
pula tingkat kepercayaan dirinya. Responden penelitian yang menyatakan bahwa
cara berpakaian mempengaruhi kepercayaan diri disebabkan karena berpakaian
disaat tertentu dapat memengaruhi tingkat kepercayaan diri mereka tergantung
dari bagaimana penilaian orang lain yang melihatnya. Sedangkan responden yang
menyatakan bahwa pakaian tidak hanya untuk melindungi
tubuh melainkan juga untuk mencerminkan jari diri, mengikuti identifikasi pada teori
fungsi busana.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pemilihan
pakaian dengan kepercayaan diri mahasiswa memiliki hubungan yang cukup
berpengaruh. Walaupun terdapat faktor penunjang kepercayaan diri yang lain
seperti penampilan dan kecerdasan,
pakaian tetap menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan
diri mahasiswa. Mahasiswa yang salah memakai pakaian dan yang memakai pakaian
yang tidak cocok dengan lingkungannya akan cenderung merasa malu dan kehilangan
rasa percaya diri mereka. Mahasiswa memiliki beberapa perspektif yang berbeda
mengenai jenis pakaian yang dipakai dengan kepercayaan diri mereka. Ada yang
merasa lebih percaya diri ketika menggunakan pakaian yang kasual, formal,
maupun semiformal. Terdapat pula beberapa standar responden mengenai
kepercayaan diri yang berdasarkan dari pandangan orang lain ketika orang lain
melihat penampilan dan pakaian mereka.
5.2 Saran
Berdasarkan data yang telah
diperoleh pihak peneliti, dapat disarankan bahwa responden tidak perlu khawatir
tentang tingkat kepercayaan diri mereka sendiri. Karena, kepercayaan diri para
responden itulah yang akan membuat mereka menjadi seseorang yang dapat dilihat oleh
orang lain dari cara berpakaiannya. Responden dapat menjadi acuan mengenai cara
berpakaian dalam berpakaian kasual, formal, dan semiformal. Hal tersebut tentu
sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri responden yang menggunakan pakaian
pada jenis-jenis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
6 Langkah Mudah Meraih Percaya Diri
Yang Dijamin Berhasil. 2012. http://www.motivasi-islami.com/meraih-percaya-diri/ (diakses April
28, 2015).
Fungsi
Komunikasi Pakaian. 24 April 2013.
http://www.femina.co.id/isu.wanita/topik.hangat/fungsi.komunikasi.pakaian/005/007/272
(diakses April 28, 2015).
Haryanto.
Pengertian Kepercayaan Diri. 25 Juni 2010.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/.
—. Pengertian
Kepercayaan Diri. 25 Juni 2010.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/.
—. Teori
Hierarki Kebutuhan Maslow. 18 Oktober 2010. http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/
(diakses April 2015, 2015).
J,
Supranto. Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2003.
Kaiser,
S. B. The Social Psychology of Clothing: Symbolic Appearances in Context.
New York: Macmillan, 1990.
Nainggolan,
Marlina Nova Lia. Perancangan Busana Pesta Wanita Dengan Kombinasi Ulos Dan
Eksplorasi Desain Permukaan. Bandung: Telkom University, 2010.
Siahaan,
Sari Rosanni. Landasan Teori. 2015.
http://www.academia.edu/7823976/BAB_2_LANDASAN_TEORI_2.1.
LAMPIRAN
Berikut adalah format kuesioner yang dibagikan:
1.
Adakah fungsi lain dari pakaian selain untuk
melindungi tubuh?
a.
Untuk pamer
b.
Untuk mencerminkan identitas/jati diri
(karakteristik diri)
c.
Kepercayaan diri
d.
Lainnya:_______
(Berikan alasan
pada jawaban.)
2.
Apa saja yang menunjang kepercayaan diri Anda?*
(Maksimal 3 jawaban)
a.
Aksesoris
b.
Alat-alat elektronik (Gadget, dll.)
c.
Gaya rambut
d.
Sepatu
e.
Tas
f.
Keadaan fisik
g.
Kepintaran
h.
Pakaian
3.
Seberapa besar pakaian mempengaruhi tingkat
kepercayaan diri Anda?
a.
Sangat mempengaruhi
b.
Mempengaruhi
c.
Biasa saja
d.
Tidak terlalu mempengaruhi
e.
Tidak mempengaruhi sama sekali
4.
Jenis pakaian apa yang sering Anda gunakan saat
pergi ke kampus?
a.
Formal
b.
Kasual
c.
Semi-Formal
(Berikan alasan
pada jawaban.)
5.
Apakah Anda pernah memakai pakaian yang tidak sesuai
dengan tempatnya?
a.
Ya
b.
Tidak
Jika Ya, apa
yang Anda rasakan? Lalu apa yang Anda lakukan?
Data
Penelitian
Jawaban
No.
|
a
|
b
|
c
|
d
|
e
|
f
|
g
|
h
|
1
|
0
|
7
|
12
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1
|
3
|
13
|
9
|
4
|
9
|
10
|
11
|
3
|
4
|
9
|
6
|
1
|
0
|
-
|
-
|
-
|
4
|
1
|
12
|
6
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
10
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
[5] Keyyissah,
2012.
[6] Haryanto,
Pengertian Kepercayaan Diri, 2010.
[8]
Abraham Maslow, psikolog humanistik, dikutip oleh Haryanto, 2010.
[9] Kaiser, S. B. (1990). The
Social Psychology of Clothing: Symbolic Appearances in Context
[10] Rubin,
Palmgreen, & Sypher dalam buku Pengantar Teori Komunikasi analisis dan
aplikasi, 1994
[11] J.Supranto,
hal 322,2003.
[12] J.Supranto,
hal 156, 2003.
[13] J.Supranto,
hal 156, 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar