Tugas: Proposal Penelitian
Mata Kuliah: Metode Penelitian Komunikasi
Oleh: Hizkia Dwiatmaja
1400410023/Digital Communication
Surya University
STUDI
PERAN ORANGTUA TERHADAP PERILAKU ANAK DAN KEHARMONISAN KELUARGA DALAM FILM I’M NOT STUPID TOO
KATA
PENGANTAR
Pertama-tama, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan anugerah-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah “Studi Peran Orangtua Terhadap Perilaku Anak dan Keharmonisan Keluarga dalam Film I’m Not Stupid Too” ini dibuat bertujuan untuk membahas pesan peran orangtua bagi keluarga dan anak yang disampaikan dalam film I’m Not Stupid Too, sekaligus untuk memenuhi syarat tugas akhir mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak kesulitan serta hambatan yang dirasakan penulis. Oleh karena itu, penulis beterima kasih kepada Ibu Umaimah Wahid selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi atas bimbingan, kesabaran, dan setiap masukannya. Selain itu penulis juga berterima kasih kepada teman-teman seperjuangan Program Studi Digital Communication tahun 2014 yang selalu membantu, mengingatkan, dan memberikan semangat.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan juga bermanfaat bagi makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi setiap pembaca khususnya orangtua dan kepala keluarga untuk dapat membangun keluarga yang lebih baik lagi.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak kesulitan serta hambatan yang dirasakan penulis. Oleh karena itu, penulis beterima kasih kepada Ibu Umaimah Wahid selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi atas bimbingan, kesabaran, dan setiap masukannya. Selain itu penulis juga berterima kasih kepada teman-teman seperjuangan Program Studi Digital Communication tahun 2014 yang selalu membantu, mengingatkan, dan memberikan semangat.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan juga bermanfaat bagi makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi setiap pembaca khususnya orangtua dan kepala keluarga untuk dapat membangun keluarga yang lebih baik lagi.
Serpong, Juli 2015
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga merupakan komunitas sosial yang
terkecil, namun memiliki dampak yang besar bagi masyarakat. Menurut Departemen
Kesehatan, keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang, serta tinggal di satu atap dan saling
bergantung satu dengan yang lainnya. Jadi, keluarga merupakan dua
atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi (Damayanti 2013). Mereka hidup dalam rumah tangga,
melakukan interaksi satu sama lain sesuai peran masing-masing, serta
menciptakan dan mempertahankan suatu. Dalam keluarga, karakter, pertumbuhan
jasmani dan rohani, serta proses hubungan terbentuk. Oleh karena itu, kedudukan
dan fungsi keluarga sangatlah signifikan bagi kehidupan manusia.
Orang tua merupakan sosok utama dalam
keluarga. Tanpa adanya figur orang tua, keluarga tidak akan terjadi. Orang tua atau
ayah dan ibu memegang peranan yang penting dalam menjalankan keluarga dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Orang tua merupakan pendidik utama
bagi anak untuk menjadi landasan pertumbuhan karakter anak. Selain itu, pendidikan
yang diberikan orang tua dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama kali
diterima oleh anak sehingga menjadi pondasi bagi perkembangan anak selanjutnya (Jayanti 2012). Sedangkan sebagai
kendali keluarga, orang tua sebagai pilar pelindung dan penolong untuk menjaga
keluarganya.
Namun pada kenyataannya, tidak sedikit keluarga
dan rumah tangga yang tidak berjalan lancar. Orang tua terkadang kurang
memiliki rasa tanggung jawab atas keluarga dan kehidupan anak-anaknya untuk
masa kini dan masa mendatang. Hal ini dapat berupa keluarga yang tidak berjalan
dengan rukun, seperti orang tua yang kurang kepedulian, seringnya terjadi
perselisihan, kekerasan, perceraian dan banyak hal lainnya. Masalah-masalah ini
menyebabkan anak kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju
kedewasaan serta memunculkan ketidakharmonisan dalam keluarga (Anggawirya 2014).
Keharmonisan
yang berasal dari kata harmonis bermakna tentang keadaan yang selaras, serasi,
atau untuk mencapai keselarasan dan keserasian (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Keluarga
yang harmonis memiiliki beragam pengertian. Menurut Hasan Basri, keluarga yang
harmonis adalah keluarga berkualitas yang rukun, bahagia, tertib, disiplin,
saling menghargai, memaafkan, dan tolong menolong, berbakti kepada Tuhan dan
orang yang lebih tua, serta mampu memenuhi dasar keluarga (Yasin 2013).
Menurut Gunarsah, keluarga yang
harmonis adalah apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia, yang ditandai
dengan berkurangnya rasa ketegangan dan kekecewaan. Keluarga yang tidak
berbahagia akan selalu diliputi oleh ketegangan dan rasa tidak pernah puas
dengan keadaan keluarga dan anggotanya (Singgih D. Gunarsa dikutip oleh Yasin,
2013). Dapat disimpulkan bahwa keluarga yang harmonis merupakan keluarga yang
seluruh anggota keluarganya saling mengerti, mengasihi, menghormati, menerima, mendukung,
mempercayai, membantu, serta hidup dalam kasih rukun dan meminimalisir konflik
serta ketegangan. Keluarga yang harmonis hanya akan
tercipta apabila keinginan, cita-cita, dan harapan seluruuh anggota keluarga
terpenuhi, meliputi kebahagiaan yang saling berkaitan satu anggota dengan
anggota lainnya, serta minimnya konflik yang terjadi dalam pribadi maupun antarpibadi (Yasin 2013).
Dalam film I’m Not Stupid Too, keluarga menjadi tema penting cerita yang secara
umum menceritakan tentang hal-hal yang sering terjadi dalam kehidupan, dimana
ada konflik dalam keluarga, kebingungan, kebahagiaan, dan kesedihan dalam
interaksinya. Film ini bercerita bagaimana orang tua kerap kali salah mendidik
anak-anaknya, serta dimana orang tua tidak pernah melihat seorang anak pada
bakat maupun kelebihannya. Orang tua menghendaki anak menjadi seperti yang
mereka harapkan, namun tidak pernah mendengarkan perasaan dan pendapat anak,
dan mereka tidak dapat memberikan didikannya dengan tepat dan baik. Kurangnya
perhatian dan waktu dari orang tua terhadap anggota keluarga lainnya
menyebabkan rumah tangga tidak bisa berjalan dengan lancar dan harmonis. Disaat
anak sedang mencari jati diri dan kasih sayang, bimbingan dan nasihat orang tua
menjadi pedoman yang penting.
Film I’m
Not Stupid Too ini menceritakan tentang tiga anak yang memiliki hubungan
buruk dengan orang tuanya. Tom Yeo, adiknya Jerry Yeo, dengan Chengchai, tidak
pernah sempat berbicara dengan orang tua mereka. Ayah Tom dan Jerry merupakan
seorang karyawan di perusahaan gadget
ternama, sedangkan ibunya bekerja di sebuah redaksi majalah terkenal. Setiap
hari, Tom dan Jerry diberi ceramah bertubi-tubi tanpa pernah diberi kesempatan
untuk membela diri ataupun mengutarakan pendapatnya. Tom, yang ahli dalam blogger dan pernah menjadi juara, tidak
dihargai bakatnya oleh kedua orang tuanya. Ketika Jerry ingin meminta bantuan
ayahnya untuk mengerjakan tugas sekolah, ayahnya justru sibuk menelpon rekan
bisnis akan usaha mereka. Komunikasi Jerry dengan ibunya hanya berdasarkan dari
notes yang ditempel di pintu kulkas. Sedangkan
Chengchai seorang remaja yang sangat menyukai Bruce Lee dan bela diri, tetapi
ayahnya melarang bakat Chengchai karena pengalaman masa lalu saat menjadi
pegulat dan mengalami cedera pada kakinya. Ayah Chengchai selalu mendidik
dengan pukulan, hujatan, dan teriakan, sehingga Chengchai tumbuh menjadi anak
yang suka berkelahi dan memberontak, yang membuatnya dikeluarkan dari sekolah.
Chengchai, yang merupakan teman sekelas sekaligus teman baik Tom selalu
membantu Tom ketika Tom bermasalah dengan preman. Namun ketika mereka tidak
lagi merasakan ketentraman dan perhatian di rumahnya, mereka bergabung dengan
kelompok preman yang mengakui bakat mereka. Jerry yang terpilih menjadi pemeran
utama drama di sekolah, diminta oleh ibu guru agar kedua orang tuanya dapat
hadir di pertunjukan drama tersebut. Berbagai cara Jerry usahakan untuk dapat
menghadirkan orang tuanya dalam drama sekolah, namun ia tidak pernah sempat
membicarakannya dengan orang tua. Jerry yang mendengar bahwa uang dapat membeli
apapun, mulai mencuri demi mendapatkan waktu agar kedua orang tuanya dapat
hadir di acara pertunjukan sekolah. Saat orang tua Jerry mengetahui hal
tersebut, mereka mulai sadar akan apa yang selama ini telah mereka lakukan.
Mereka juga membaca blog Tom yang berisi seluruh cerita Tom yang merasa sangat
kesepian dan tidak berharga di pandangan
kedua orang tuanya. Ketika Chengchai
dikejar massa saat mencuri kalung karena ditipu oleh preman, ayah Chengchai
berusaha menolongnya dan membiarkan dirinya dipukuli asalkan Chengchai selamat.
Saat ayahnya terjatuh di tangga dan kepalanya terbentur keras, para orang yang
memukuli berkata bahwa mereka tidak bermaksud untuk melakukan hal tersebut. Di
rumah sakit, ayah Chengchai mengatakan bahwa jika Chengchai menyukai bela diri,
jadilah atlit bela diri internasional. Pada akhir kisah, keadaan menjadi lebih
baik, Orang tua Tom dan Jerry lebih peduli kepada anaknya, ibu Tom bahkan
mengundurkan diri dari perusahaannya. Chengcai diterima kembali di sekolah dan
hasil latihan kerasnya membawa Chengchai menjadi atlit bela diri internasional (Jamilatul 2011).
Dari film inilah, peneliti ingin
mengetahui peran besar orang tua dalam menjalin kerukunan dan jalannya sebuah
keluarga. Peran orang tua dalam mendidik anak dan menjaga keluarganya menjadi
realita yang patut disadari dan dipahami oleh setiap masyarakat dan perlu
dikupas lebih dalam.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
hubungan nyata peran orangtua dalam film I’m
Not Stupid Too terhadap realita keluarga di kehidupan?
1.2.2 Bagaimana
peran orang tua dapat mempengaruhi karakteristik anak dalam sebuah keluarga?
1.2.3 Bagaimana
orang tua dapat menciptakan keharmonisan dalam sebuah keluarga?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Akademis
Secara akademis, penelitian ini bertujuan untuk memperkaya
pemahaman mengenai peran orang tua dalam keluarga, khususnya pada pola perilaku
orang tua dalam menjaga dan mendidik keluarganya untuk menjadi keluarga yang
harmonis.
1.3.2
Tujuan Praktis
Hasil
penelitian ini diharapkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan pikiran
dan memberi kesadaran lebih lanjut akan pentingnya peran orang tua sebagai
pendidik karakter anak serta sebagai dasar untuk membangun keluarga yang
harmonis.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Teori Pandangan Interaksional dalam
Memelihara Hubungan
Teori Pandangan
Interaksional berdasarkan pada tradisi sistem. Teori ini memandang bagaimana
keluarga merupakan sebuah sistem. Paul Watzlawick menjelaskan bahwa untuk
memahami pergerakan setiap anggota dalam sistem
keluarga, seseorang harus memeriksa pola komunikasi di
antara semua anggotanya. Tiap sistem keluarga memiliki
hubungan dan aturan sendiri yang penting. Perilaku setiap anggota keluarga
memengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota lain. Keluarga merupakan jaringan yang
saling bergantungan dari umpan balik yang dipandu dari peraturan keluarga
(Alatas 2014).
Teori ini
memiliki lima kebenaran dasar, diantaranya:
1. Satu
tidak dapat tidak berkomunikasi
Setiap
anggota dalam keluarga pasti berkomunikasi, bahkan anggota keluarga yang
berdiam sekalipun telah melakukan komunikasi secara nonverbal. Konsekuensi
logis dari hal ini adalah seluruh anggota keluarga tidak bisa tidak terpengaruh
dari komunikasi yang disampaikan.
2. Konten
+ Hubungan = Komunikasi
Setiap
komunikasi memiliki aspek konten dan hubungan. Konten merupakan penyedia informasi berdasarkan tentang apa
sebuah pesan itu, sedangkan relasional yaitu bagaimana pesan tersebut harus
ditafsirkan. Seperti contoh, “Anda terlambat” mengacu pada konten waktu dan
tingkat relasi yang menyatakan bahwa kurangnya rasa bertanggung jawab orang
tersebut.
3. Semua
komunikasi bersifat simetris maupun pelengkap
Menurut
Watzlawick, komunikasi sistem terdiri atas simetris pertukaran (Symmetrical
Interchange) dan pelengkap perputaran (Complementary Interchange), dimana
simetris pertukaran didasarkan pada kekuatan yang sama sedangkan pelengkap
perputaran didasarkan pada perbedaan kekuasaan.
4. Terperangkap
terhadap satu sistem
Setiap
anggota keluarga pada dasarnya menempati peran masing-masing. Sistem keluarga
amat resisten terhadap perubahan. Ayah menempati peran ayah, ibu menempati
peran ibu, demikian halnya dengan anak-anak menempati peran anak.
5.
Reframing
Reframing
atau membingkai kembali merupakan proses perubahan dengan melangkah keluar dari
situasi yang dihadapi dan menafsirkan arti dari permasalahan tersebut. Dalam
menghadapi masalah, anggota keluarga perlu mengubah cara pandang mereka
terhadap masalah tersebut untuk mencari jalan keluar.
2.2 Teori Hubungan Dialektika
Di kehidupan
sehari-hari, setiap individu pasti akan melakukan percakapan (Alatas 2014).
Kumpulan dari percakapan atau dialog yang berkelanjutan akan membentuk sebuah
hubungan. Teori hubungan dialektika yang didalami oleh Leslie Baxter,
menggambarkan bahwa kehidupan relasional yang berlangsung kerap kali ditandai
oleh ketegangan yang disebabkan oleh perbedaan atau pertentangan pendapat
(Morrisan dikutip oleh Alatas 2014). Setiap orang akan selalu merasakan
dorongan dari keinginan yang bertentangan dengan dirinya selama menjalin relasi.
Walaupun setiap orang pada dasarnya tidak menginginkan pertentangan saat
berkomunikasi, namun mereka juga tidak ingin menghilangkan keinginannya
sendiri.
Ada empat asumsi
dasar dari teori hubungan dialektika:
1. Hubungan
tidaklah linear
Dalam
hubungan pasti terdapat perbedaan keinginan dan pertentangan, sehingga hubungan
relasional tidak dapat selalu berjalan lancar dan mulus.
2. Kehidupan
relasional selalu ditandai dengan perubahan
Sejalan
dengan waktu, hubungan akan mengalami proses dan perubahan baik yang mengacu
pada pergerakan kualitatif maupun kuantitatif.
3. Kontradiksi
adalah fakta dasar dalam kehidupan relasional
Dalam
kehidupan dan hubungan, kontradiksi atau ketegangan akan selalu muncul dan
tidak pernah berhenti. Individu akan menyelesaikan kontradiksi dengan cara
berbeda-beda.
4. Komunikasi
merupakan pusat untuk mengatur dan menegosiasikan kontradiksi
Dalam
kehidupan sehari-hari, setiap individu melakukan suatu percakapan atau
komunikasi dengan orang lain. Namun pada percakapan tersebut sering kali terjadi
ketegangan pada saat percakapan sedang berlangsung. Kontradiksi tersebut
diproduksi dan direproduksi oleh tindakan aktor sosial. Komunikasi pastinya
merupakan sumber pertentangan pendapat, dan tiap ketegangan serta kontradiksi
tersebut dikelola pula dengan komunikasi.
Dengan demikian,
teori hubungan dialektika memandang pertentangan dan kontradiksi yang terjadi
dalam hubungan dan komunikasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan paradigma penelitian
post-positivisme, dimana paradigma membentuk kerangka berpikir yang berusaha
menjelaskan fakta kehidupan sosial. Penelitian ini mengacu pada apa yang
menjadi dasar terjadinya fenomena kehidupan sosial, dan bagaimana fenomena
tersebut berusaha dipahami dengan mengaitkan ilmu atau teori yang ada. Dalam
hal ini, sudut pandang mengenai fenomena yang terjadi dalam sistem keluarga
menjadi fakta kehidupan sosial yang ingin ditelaah.
3.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
yang dilakukan berdasarkan pengamatan fenomena sosial dalam realita. Penemuan
kualitatif tidak diperoleh melalui prosedur statistik, melainkan hasil yang akan didapatkan dari penelitian
akan berupa data diskriptif berupa kata-kata tertulis dari pengamatan
penelitian yang bertujuan untuk menemukan kebenaran umum yang dapat
diterima manusia (Siti 2012).
Pendekatan kualitatif akan membahas lebih lanjut dan memberikan rincian yang
lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kualitatif.
3.3 Metode Penelitian dan Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
penelitian yang dilakukan berupa observasi dari film I’m Not Stupid Too dan studi pustaka. Alasan
peneliti melakukan observasi adalah untuk memahami garis besar kejadian dalam
film dan memahami pesan atau nilai-nilai yang disampaikan dari film tersebut.
Observasi yang dilakukan berhubungan dengan fenomena nyata yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat sosial, diiringi oleh studi kasus. Sedangkan teknik studi pustaka digunakan sebagai
pelengkap dari sumber dokumen pribadi, jurnal online, referensi makalah, resensi film,
serta dokumen dari sumber sekunder lainnya.
3.4 Teknik Analisis Data dan Instrumen
Penelitian
Setelah
data-data didapat dari hasil pengamatan, dokumen pribadi, dokumen film, dan
juga dokumen dari sumber sekunder, data-data akan dianalisis secara deskriptif.
Dalam penelitian ini analisis dilakukan untuk mengkaji nilai-nilai keluarga
yang ada dalam film I’m Not Stupid Too.
Teknik analisis data dilakukan melalui
pendekatan analisis konten, yaitu dimana isi dan cerita dalam film berusaha
untuk dipahami untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Data dan informasi yang didapatkan akan dideskripsikan sesuai dengan tema
keluarga yang terdapat dalam film sebagaimana adanya. Instrumen penelitian yang
digunakan berupa film I’m Not Stupid Too,
catatan, dan dokumen pelengkap dari sumber sekunder.
Daftar Pustaka
Alatas, Salim &
Vinna Waty Sutanto. “Lecture Note Teori Komunikasi.” 2014.
Anggawirya. “Pengaruh Mental Anak Terhadap Keluarga Broken
Home.” Sharingdisini.com. 2014.
http://sharingdisini.com/2014/11/27/pengaruh-mental-anak-terhadap-keluarga-broken-home/
(diakses Mei 10, 2015).
Damayanti, Imelda. “Makalah
Keperawatan Keluarga Sejahtera.” Academia.edu. 2013.
http://www.academia.edu/6089728/Makalah_Keluarga_Sejahtera (diakses Mei 9,
2015).
Jamilatul, El Fietry. “I'm Not
Stupid Too.” Kompasiana.com. 2011. http://www.kompasiana.com/el.fietrynotes/i-m-not-stupid-too_55095f858133113904b1e1a1
(diakses Juni 12, 2015).
Jayanti, Noor Fitriani. “Peran
Orang Tua Teerhadap Perilaku Menyimpang Anak dan Solusinya.” Slideshare.net.
2012. http://www.slideshare.net/pipitpurple/makalah-bk-peran-orang-tua-terhadap-perilaku-menyimpang-anak-dan-solusinya-27001129
(diakses Mei 10, 2015).
Siti, Apipah. “Pengertian
Penelitian Kualitatif.” Diaryapipah.com. 2012.
http://www.diaryapipah.com/2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html
(diakses Mei 12, 2015).
Yasin, Sanjaya. “Pengertian
Keluarga Harmonis, Keharmonisan Rumah Tangga Makalah Definisi Suami Istri,
Faktor yang Mempengaruhi.” Sarjanaku.com. 2013.
http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-keluarga-harmonis.html (diakses
Juni 11, 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar