PENYAMPAIAN PESAN BUDAYA DALAM MEDIA
SOSIAL INSTAGRAM
Oleh
:
Ray
Paulus
Catherine
Filbert
Nathanael
Grace
Rottie
Hizkia
Dwiatmaja
Kevin
Loanda
Billy
Alexander
BAB
1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi
adalah proses yang meningkatkan nilai tambah, yang menggunakan atau
menghasilkan suatu produk , produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk
lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem
(Miarso, 2007).
Masyarakat
yang menuntut kemudahan membuat teknologi semakin berkembang yang mendasari
perkembangan awal munculnya era digital. Era digital merupakan masa di mana
sebagian besar masyarakat menggunakan sistem teknologi digital dalam kehidupan
sehari-harinya. Sistem digital mengacu pada bentuk bahasa binari, yang terdiri dari
urutan angka 0 dan 1, yang menggantikan sistem analog yang menggunakan sinyal
tiruan dari suara/ sinyal asli yang didapat secara utuh dari alam, yang
kualitasnya dapat terganggu oleh faktor luar (noise) (Carlin, 2010: 229).
Telah
terbukti bahwa layanan berbasis teknologi digital memudahkan masyarakat dalam
mengakses beragam jenis layanan, (Rust dan Kannan, 2002) mulai dari penggunaan
jaringan elektronik, hingga media sosial. Media sosial adalah seperangkat
aplikasi yang berjalan dalam jaringan internet dan memiliki tujuan dasar untuk
saling bertukar isi atau konten. (Andreas Kaplan dan Michael Haenlein). Salah
satu contohnya ialah Instagram.
Instagram merupakan salah satu media yang
mendukung orang untuk menyampaikan informasi melalui foto. Instagram dibuat
pada bulan Oktober tahun 2010 oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger, dan memiliki
hingga 300 juta pengguna aktif perbulannya (Menurut data statistik situs
Instagram Januari 2015). Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh
Zachary McCune, produksi pribadi dan penerimaan sosial merupakan alasan mengapa
banyak orang menggunakan Instagram.
Media
sosial seperti Instagram tersebut merupakan salah satu layanan dimana aktifitas
komunikasi dapat dilakukan. Komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan
non-verbal disampaikan dan diterima (William J. Seller). Komunikasi non-verbal,
yang merupakan bahasa visual yang terdapat dalam Instagram, adalah komunikasi
yang diungkapkan dengan pesan-pesan non-verbal seperti bahasa sinyal (sign
language) dengan benda (object language) atau gerak (gesture language), dan
bahasa tindakan/tubuh (action/body language). Komunikasi non-verbal seringkali
terungkap dalam kehidupan sehari-hari lewat komunikasi lisan tatap muka
langsung/face-to-face (Atep Adya Barata, 2003).
Dalam
foto-foto di Instagram tersebut juga mengandung unsur berbagai jenis kehidupan
masyarakat. Segala hal yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia,
yang dihayati dan dimiliki bersama disebut dengan “Kebudayaan”. Budaya merupakan suatu cara hidup atau kepercayaan
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Unsur-unsur seperti
simbol agama dan politik, acara adat, perkakas, pakaian, bangunan dan karya
seni kadangkala tercermin dalam foto-foto tiap individu, Sehingga perlu
diketahui peran Instagram sebagai media penyampaian pesan budaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
peran instagram dalam proses penyampaian pesan budaya?
2. Apakah
media instagram dapat menyebabkan proses akulturasi?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Akademis
1. Memahami bagaimana Instagram menjadi
media dalam proses penyampaian pesan budaya.
2. Menjelaskan hubungan antara media
instagram dengan proses akulturasi dalam masyarakat.
1.3.2 Tujuan Praktis
1. Memberi kesadaran masyarakat tentang
bagaimana media sosial instagram dapat menjadi mediator untuk menyampaikan pesan budaya .masyarakat
tertentu.
2.
Memberi kesadaran masyarakat tentang bagaimana media sosial instagram dapat
mempengaruhi budaya masyarakat.
1.4 Landasan Teori
1.4.1
Teori struktur kumulatif
Teori
ini dikemukakan oleh Ekman dan Friesen yang lebih banyak membahas tentang makna
dalam gerak tubuh dan ekspresi wajah. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa seluruh
komunikasi nonverbal merefleksikan 2 hal yaitu: apakah suatu tindakan disengaja
dan apakah tindakan harus mengandung pesan verbal. Sebagai contoh, gerak tangan
ketika seseorang menceritakan sesuatu merupakan gerakan yang disengaja dan
tidak memiliki arti tanpa disertai ungkapan verbal. Lain halnya dengan ekspresi
muka gembira yang dapat dimengerti tanpa harus didukung oleh ungkapan verbal.
Demikianlah kedua hal tersebut menambahkan makna dalam proses komunikasi.
Inilah yang disebut “Expressive Behavior”
oleh Ekman dan Friesen.
Ekman
dan Friesen juga menjelaskan lima kategori dari expressive behavior, yaitu
emblem, ilustrator, regulator, adaptor, dan penggambaran perasaan. Kelima hal
ini menjabarkan lebih lanjut komunikasi dan makna yang berkaitan di dalamnya.
Emblem adalah gerakan atau ekspresi yang disengaja dan memiliki makna sama
dengan pesan verbal, seperti anggukan kepala, atau acungan jempol. Ilustrator
adalah gerakan atau ekspresi yang mendukung pesan verbal, seperti raut muka
serius atau penggambaran sesuatu oleh gerakan tangan. Regulator merupakan tindakan
disengaja yang digunakan dalam percakapan, seperti senyuman atau mengangkat
alis sebagai pengatur arus informasi. Sementara adaptor adalah tindakan
disengaja untuk menciptakan rasa kenyamanan bagi tubuh atau emosi dalam
komunikasi, seperti menggaruk rambut, menggigit pensil, menggerakkan kaki, dan
lain-lain. Sedangkan kategori yang terakhir, yaitu penggambaran emosi dapat
disengaja maupun tidak, dapat mendukung pesan verbal maupun berdiri sendiri. Penggambaran
emosi dapat disebut juga “Affect Display”
yang menurut Ekman dan Friesen, terdapat
tujuh bentuk universal, yaitu: marah, menghina, malu, takut, gembira, sedih,
dan terkejut.
1.4.2
Teori Fungsional Komunikatif
Teori
ini dikemukakan oleh Burgoon, yang memfokuskan pada kegunaan, motif, atau hasil
dari suatu proses komunikasi non verbal, bukan sekedar pada apa yang
ditampilkan oleh komunikan. Apa yang dilakukan komunikasi non verbal lebih
ditekankan dibandingkan bagaimana cara kerja komunikasi tersebut. Dalam teori
ini dijelaskan tentang hubungan komunikasi non verbal dengan tujuan-tujuan yang
ada di baliknya, seperti persuasi dan desepsi, dan bagaimana suatu inisiatif
untuk berinteraksi dipandang penting serta bersifat multifungsional dalam
proses komunikasi.
1.5 Metode penelitian
Dalam
penelitian ini, akan digunakan metode penelitian kualitatif. Data akan
dikumpulkan secara studi pustaka dari berbagai sumber yang telah di verifikasi.
Observasi juga dilakukan berdasarkan foto yang di dapat yang memiliki unsur
budaya didalamnya, seperti unsur-unsur seperti simbol agama dan politik, acara
adat, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni lainnya. Pengambilan sampel
foto dilakukan selama seminggu dari media sosial Instagram. Kegiatan penelitian
dibantu dengan instrumen komputer, smartphone, dan jaringan internet untuk
mengakses media sosial Instagram.
BAB 2: ANALISIS
2.1 Pembahasan
Komunikasi merupakan proses yang pasti
terjadi dalam kehidupan manusia. Komunikasi atau “communication” berasal dari bahasa Latin “communis” yang berarti sama, communico,
communication, atau communicare yang
berarti membuat sama (Dedy Mulyana, 2005 : 41). Hal ini menyatakan bahwa suatu
komunikasi yang efektif hanya dapat tercapai apabila terjadi kesamaan makna
antara komunikator dengan komunikan. Sedangkan komunikasi itu sendiri adalah
sebuah cara yang diggunakan untuk menyampaikan pesan atau stimuli, yang
melibatkan dua orang atau lebih, dengan tujuan sang receiver (komunikan) dapat menerima
sinyal atau pesan yang dikirimkan oleh source (komunikator) untuk mempengaruhi
perilaku mereka (Colin Cherry, Gerald R. Miller). Pesan
merupakan segala sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima melalui
komunikasi, yang dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat
atau propaganda (Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi). Proses
komunikasi juga tidak selalu berjalan lancar. Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut
sebagai gangguan atau noise
(Suprapto, 2009:14). Banyak hal yang dapat dikatakan sebagai noise dalam sebuah
komunikasi, contohnya suara yang terlalu kecil atau besar, kebisingan di lingkungan
tempat terjadinya komunikasi, pencetakan huruf yang tidak jelas, perbedaan
bahasa dan pemahaman, serta sinyal media komunikai yang kurang baik.
Budaya
atau kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu “buddhayah”, yang berasal dari kata “buddhi” dan diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi akal manusia. Sedangkan definisi dari budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta
berlangsung dari generasi ke generasi (Tubbs, Moss:1996). Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. komunikasi
yang terjadi di antara orang-orang yang berbeda budaya, baik dalam ras, etnik,
sosioekonomi dan lain-lain, disebut sebagai komunikasi antarbudaya (Stewart L. Tubbs). Komunikasi
dan budaya merupakan dua faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh satu sama
lain. kebudayaan menentukan aturan & pola-pola komunikasi, juga melalui
komunikasi kita membentuk kebudayaan. Jika bukan karena kemampuan manusia untuk berkomunikasi, pengetahuan, makna,
simbol, aturan, serta nilai-nilai budaya akan sulit berkembang. Melalui
komunikasi kita dapat mewariskan unsur-unsur kebudayaan ke generasi berikutnya
serta dari satu tempat ke tempat lain. Disinilah fungsi komunikasi sebagai mediator pesan budaya, yaitu dimana
setiap pemberitahuan, informasi, kata, yang berkenaan dengan budaya dikirimkan
dari satu orang ke orang lain melalui proses komunikasi sebagai perantaranya.
Pesan menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin.
2.2 Peran instagram dalam proses
penyampaian pesan budaya
Instagram merupakan salah satu media sosial di internet
dimana aktifitas komunikasi terjadi. Dalam Instagram, setiap orang di seluruh dunia
dapat berbagi informasi melalui foto ke dalam internet. Dari
hasil penelitian yang dilakuan, jenis-jenis foto yang sering di bagikan di
Instagram dapat berupa foto kuliner, personal, landscape, event, barang, dan
kutipan/quotes. Dari beragam jenis foto tersebut dapat ditemukan beberapa foto-foto yang
mengandung unsur budaya diantaranya seperti makanan khas daerah tertentu,
fashion, simbol suatu keagamaan, acara adat, bangunan adat, dan berbagai macam
lainnya. Hal ini dapat menyatakan bahwa Instagram dapat menjadi mediator banyak
pesan budaya. Instagram menjadi
jaringan media sosial yang luas dan dimiliki oleh banyak orang dari setiap
daerah dan tempat, yang menyebabkan banyak pula budaya yang terdapat dalam
media Instagram.
Berikut ini adalah beberapa contoh foto yang
memiliki unsur budaya di dalamnya. Dapat dilihat bahwa foto-foto tersebut
merepresentasikan unsur budaya seperti pada saat acara adat berlangsung,
makanan khas suatu daerah, tarian daerah, fashion, interior suatu bangunan
daerah, dan bahkan simbol suatu kepercayaan tertentu.
Dari beberapa foto yang memiliki corak budaya di
Instagram tersebut, dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis
(Almiravalda, brainly.co.id), yaitu:
1.
Sistem Kepercayaan (Religi)
Corak budaya mengenai kepercayaan dalam Instagram
dapat dilihat melalui foto tentang simbol-simbol agama, kegiatan upacara adat,
bangunan atau tempat ibadah yang dibagikan.
2.
Sistem Pengetahuan
dan bahasa
Dalam Instagram, tidak jarang pula terdapat berbagai
macam corak bahasa yang terlihat dari foto quotes maupun komentar. Foto-foto
yang dibagikan memiliki informasi tersendiri di dalamnya.
3.
Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia
Segala macam peralatan yang digunakan manusia
menyimpan corak budaya tersendiri, seperti contoh, senjata keris yang merupakan
senjata khas nusantara di khawasan Indonesia bagian barat dan tengah, perahu
jukung (kano) sebagai alat transportasi khas daerah Kalimantan Timur, dan
lainnya.
4.
Mata Pencaharian
dan Sistem Ekonomi
Dalam mata pencaharian terbagi menjadi 2, yaitu mata
pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana dan corak modern. Mata
pencaharian penduduk yang memiliki corak sederhana lebih kepada pemanfaatan
lahan dan sumber daya alam, seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan
perikanan. Sedangkan dalam corak modern tidak melakukan pemanfaatan pada lahan
dan sumber daya alam, seperti jasa, transportasi, dan pariwisata.
5.
Sistem kemasyarakatan
Sistem
kemasyarakatan adalah pengelompokan orang-orang dalam suatu masyarakat. Sistem
kemasyarakatan dapat dilihat berdasarkan beberapa kriteria, yakni:
a. Berdasarkan
tempat : seperti orang Sunda, orang
papua, dan lainnya.
b. Berdasarkan
status: seperti sekelompok bangsawan, orang miskin, dan lainnya.
c. Berdasarkan
profesi mata pencaharian: seperti pekerjaan sekelompok nelayan, petani, dan
lain-lain.
6. Kesenian
Hal kesenian bisa dilihat dari berbagai macam
kerajinan, patung, lukisan, dan lainnya yang mengandung corak budaya masyarakat
tertentu yang dibagikan melalui foto di Instagram.
7. Kuliner
Foto-foto makanan atau minuman di Instagram dapat
mencerminkan budaya khas suatu daerah. Seperti nasi tumpeng saat acara nikahan,
makanan sagu khas Papua, dan lainnya.
Selain itu, dalam menyampaikan pesan budaya, Instagram
juga memiliki beberapa fungsi lain, yakni:
a.
Dokumentasi/menyimpan
Dokumen adalah kumpulan data yang
berbentuk nyata dan diperoleh berdasarkan sistem pengelolaan data yang disebut
dengan proses dokumentasi. Tanpa adanya dokumentasi, data tersebut tidak akan
menjadi sebuah dokumen yang real. Dan menurut para ahli, dokumentasi adalah
proses yang dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan hingga
pengelolaan data yang menghasilkan kumpulan
dokumen. Dokumentasi itu sendiri tujuannya adalah untuk memperoleh dokumen yang
dibutuhkan berupa keterangan dan hal-hal yang membuktikan adanya suatu kegiatan
yang didokumentasikan. Instagram dapat
berperan sebagai database dan aplikasi untuk menyimpan berbagai jenis budaya
yang ada. Dapat kita lihat dari foto-foto yang berhubungan dengan kebudayaan di
instagram.
b.
Media untuk
berbagi pengalaman, pengetahuan, serta identitas diri
Dengan ditemukannya media sosial, orang-orang dapat lebih mudah
membagikan/sharing informasi yang mereka miliki. Mulai dari pengalaman,
pengetahuan, tips, karya, identitas diri, serta kebudayaan. Dengan membagikan
informasi-informasi tersebut, orang-orang dapat menerima apresiasi.
c.
Membentuk
komunitas
Grup terbentuk dari sekumpulan individual. Ada berbagai jenis grup, dari
basis keluarga hingga profesional, kebanyakan grup memiliki tujuan yang sama,
dan anggotanya di harapkan untuk mengusahakan hingga tujuan tersebut tercapai.
Ada banyak instansi dimana sebuah grup dibentuk dari ketertarikan yang
spesifik, walau begitu anggotanya tersebar dimana-mana. Peralatan digital
mengijinkan anggota sebuah grup untuk melewati jarak yang jauh untuk membentuk
grup dengan tujuan yang sama. Pembagian pesan budaya juga dapat menjadi tujuan
sebuah grup, sebagai contoh, sebuah cyber community yang khusus memfokuskan
pada membagi foto budaya cosplay dari jepang. Cyber community atau komunitas
online adalah kelompok sosial ketika sejumlah orang membahas percakapan umum
dan membentuk jaringan hubungan pribadi dalam Internet. (Rheingold, 1993, p. 5).
Walaupun instagram tidak memiliki fitur group chat, instagram memiliki fitur
hashtag yang memungkinkan orang untuk berbagi foto-foto dalam kategori hashtag
yang sama. Contohnya mereka yang memiliki minat pada fashion akan mengunduh
foto-foto yang berhubungan dengan fashion juga, sehingga terbentuk suatu
komunitas di dalam hashtag fashion tersebut.
2.3
Instagram dan akulturasi budaya
Akulturasi
berasal dari bahasa Latin yaitu acculturate
yang memiliki arti “tumbuh dan berkembang bersama”. Jadi akulturasi
merupakan proses sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing
sehingga unsur- unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu.
(Koentjaraningrat 2005:155).
Instagram
merupakan sebuah media yang lebih dikhususkan untuk berbagi foto. Instagram
digunakan penggunanya untuk mengabadikan momen-momen yang pernah terjadi
ataupun yang sedang terjadi. Momen-momen tersebut dapat berupa suatu kejadian,
karya seseorang, maupun suatu produk iklan. Media instagram ini banyak memberi
dampak bagi penggunanya. Instagram juga merupakan suatu media komunikasi dengan
cara visual atau non-verbal. Budaya dan komunikasi saling berhubungan, karena
kedua elemen tersebut saling mempengaruhi dan bersifat timbal-balik. Komunikasi
dapat membuat seseorang lebih kreatif dalam mengekspresikan budayanya,
sebaliknya budaya itu sendiri dapat mempengaruhi cara orang berkomunikasi
dikarenakan budaya membentuk persepsi seseorang.
Salah satu media sosial yang dapat
memberikan pengaruh terhadap budaya seseorang adalah Instagram. Perubahan yang
terjadi dapat kita lihat dari perubahan budaya fashion. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh firma
SumAll, instagram merupakan media sosial yang paling diminati dalam membuat
sebuah bisnis menjadi lebih cepat hingga mencapai Return of Investment jika dibandingkan dengan sosial media yang
lainnya. Ini terbukti dalam semakin pesatnya pertumbuhan Instagram (Hingga 23%
tiap bulan Menurut data statistik GlobalWeb Index pada
2013) dan banyaknya pengguna aktif yang lebih memilih Instagram untuk
membagikan foto-foto mereka. Semakin banyaknya peminat di Instagram memberikan
dampak terhadap media bisnis yang ada di Instagram, seperti Online Shop.
Dalam
Online Shop disediakan banyak pilihan, seperti pakaian untuk wanita, pria,
sepatu, maupun aksesoris dan perhiasaan, yang disertai foto menarik dan memikat
konsumen. Kita bisa mengambil contoh negara Indonesia. Groupon melakukan riset
dan terbukti bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang lebih banyak
memilih belanja di Online di antara 12 negara di Asia. Survei ini melibatkan
25.070 responden yang dilakukan pada akhir tahun 2013, membuktikan bahwa 66%
konsumen di Indonesia sangat menyukai belanja online, termasuk dalam hal fashion. Di dalam Online Shop bukan
hanya barang-barang dalam negeri saja yang disediakan, melainkan juga barang-barang
dari luar negeri. Dalam hal ini terlihat bahwa Online Shop dalam media sosial
Instagram dapat mempengaruhi akulturasi budaya. Budaya luar yang masuk ke
Indonesia lama-kelamaan mempengaruhi cara berpakaian orang Indonesia, seperti
contoh wanita remaja yang mengikuti fashion Korea atau Jepang. Namun, cara
berpakaian asli budaya Indonesia tetap tidak ditinggalkan, seperti menggunakan
pakaina batik ketika menghadiri suatu acara resmi.
2.4
Hubungan budaya dalam Instagram dengan teori yang ada
Dalam
media sosial instagram, setiap pengguna dapat dengan bebas mengekspresikan apa
yang mereka ingin sampaikan melalui foto-foto yang mereka bagikan. Di tiap
foto, terdapat suasana gembira, serius, sedih, yang menggambarkan emosi atau
disebut juga “Affect Display”. Dalam
segi budaya, dapat dilihat dari gerakan dan ekspresi wajah seseorang saat
melakukan berbagai kegiatan, seperti saat melakukan upacara adat, menyantap
makanan khas suatu daerah tertentu, bergaya dengan menggunakan busana tertentu,
dan banyak lainnya. Gerakan atau tindakan-tindakan tersebut dapat disengaja
maupun mengandung suatu pesan. Demikianlah hal ini merupakan contoh “Expressive Behavior” dalam teori
struktur kumulatif yang dijelaskan oleh Ekman dan Friesen.
Sedangkan
dari sisi fungsional seperti yang dijelaskan Burgoon, foto-foto tersebut
pastinya memiliki pesan tertentu yang ingin disampaikan dari komunikan kepada
orang lain yang melihatnya. Seperti contoh, terdapat informasi mengenai suatu
hal yang ingin orang lain ketahui, adanya motif yang merupakan dorongan dalam
diri pelaku yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin
dipenuhi seperti eksistensi diri, atau bahkan adanya tujuan yang tertentu yang
ingin dicapai seperti persuasi dalam Online Shop.
BAB 3: KESIMPULAN
Perkembangan
teknologi yang pesat karena tuntutan masyarakat akan kemudahan menghasilkan
layanan seperti media sosial, seperti Instagram. Instagram digunakan sebagai
sarana komunikasi non-verbal lewat pembagian/sharing foto-foto. Komunikasi
adalah proses penyampaian dan penerimaan simbol verbal dan non-verbal.
Komunikasi non-verbal diungkapkan lewat pesan non-verbal seperti bahasa sinyal,
benda, gerakan tubuh, dan juga gambar atau foto. Sedangkan komunikasi yang
terjadi di antara orang-orang yang berbeda budaya disebut sebagai komunikasi
antarbudaya. Melalui komunikasi antarbudaya manusia mewariskan unsur-unsur
kebudayaan dari generasi mereka ke generasi berikutnya, serta dari satu tempat
ke tempat lain.
Beberapa
foto di Instagram mengandung unsur kebudayaan, yakni hal yang terkait dengan
seluruh aspek kehidupan manusia, yang dihayati dan dimiliki bersama, termasuk unsur-unsur seperti simbol agama, makanan
khas, acara adat, perkakas, busana, bangunan daerah, dan karya seni. Disinilah
dapat kita temukan peran Instagram sebagai mediator pesan budaya, dimana segala
macam informasi yang berkenaan tentang budaya dibagikan satu dengan yang lain.
Hal ini didukung dari banyaknya pengguna instagram yang mencapai 100 juta
pengguna aktif perbulannya dari segala daerah yang menyebabkan beragam pula
budaya yang ada di dalamnya.
Selain
itu, penggunaan Instagram dapat menyebabkan proses akulturasi. Contohnya
seperti Online Shop dalam Instagram yang telah mengubah cara berpakaian orang
Indonesia, karena masuknya budaya luar lewat pasar-pasar online tersebut, namun
penggunaan fashion Indonesia tetap tidak ditinggalkan, seperti penggunaan batik
dalam acara resmi.
Foto-foto yang
terdapat dalam Instagram merupakan kebebasan dari ekspresi dan emosi tiap
individu, (Expressive Behavior) yang
mengandung corak budaya tersendiri. Dibalik foto-foto tersebut, terdapat pesan
tertentu yang ingin disampaikan, baik informasi, motif seperti eksistensi diri,
atau bahkan adanya tujuan yang tertentu yang ingin dicapai seperti persuasi (Fungsional Komunikatif).
Daftar Pustaka
Teori komunikasi verbal dan non verbal.pdf
http://cai.elearning.gunadarma.ac.id/webbasedmedia/semua-download-31.html
http://silontong.com/2014/05/21/7-informasi-pengertian-teknologi-menurut-para-ahli/
://www.academia.edu/7330634/MAKALAH_PENGANTAR_BISNIS_MENGELOLA_SISTEM_INFORMASI_DAN_TEKNOLOGI_KOMUNIKASI
https://totems.co/instagram-statistics/
http://readwrite.com/2012/03/14/study_why_do_people_use_instagram
http://fortune.com/2014/10/10/how-kevin-systrom-got-started/
http://www.lurycoco.com/2013/03/instagram-sebagai-media-komunikasi/
http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertian-kebudayaan.html
http://malesbanget.com/2014/10/ini-dia-7-jenis-foto-yang-paling-sering-dishare-di-instagram
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01070-MC%20Bab2001.pdf
http://www.academia.edu/4576633/TEORI_KOMUNIKASI_ANTARBUDAYA
http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2007-2-00271-JP%20Bab%202.pdf
(Teori kebudayaan.pdf)
http://www.duniapelajar.com/2014/07/16/pengertian-dokumentasi-menurut-para-ahli/
http://thesis.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab%202_09-154.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar