Tugas: Penulisan Pengalaman Deskriptif Kampus
Mata Kuliah: Penulisan Kreatif
Dosen: Helena Rebecca
Oleh: Hizkia Dwiatmaja
Dosen: Helena Rebecca
Oleh: Hizkia Dwiatmaja
1400410023/Digital
Communication
Akhir dari Liburan
Ruang 202F. Setelah dua bulan lamanya
aku tidak menginjakkan kaki di sebuah ruangan kelas, aku mulai melangkahkan
kakiku menuju ruangan tersebut. Perasaan berdebar-debar sekaligus cemas
memenuhi dadaku. Bayangkan saja, sudah dua bulan aku tidak berada di kampus dan
bertemu dengan teman-teman. Pastinya aku akan merasa canggung untuk memulai percakapan.
“Apakah mereka akan membicarakan pengalaman liburan mereka? Apakah yang harus
kukatakan apabila mereka menagih
oleh-oleh?”, aku memikirkan berbagai kemungkinan tersebut.
Belum selesai aku berimajinasi, kakiku telah
mengantarku sampai tepat di depan ruang 202F. Pintu besar yang terbuat dari
kayu dengan jendelanya terbuka begitu saja. Ketika aku mulai melangkahkan
kakiku masuk ke dalam ruangan, terlihat
bangku khas kampus yang berwarna hijau dengan meja lipatnya, tertata rapi enam
baris di sebelah kanan dan empat baris di sebelah kiri sejumlah lima deret
masing-masingnya. Pada bagian kanan depan kelas terdapat meja dan kursi khusus
untuk dosen yang tidak pernah berubah letaknya. Komputer PC yang selalu menemani meja dosen terlihat berdebu menandakan dua
bulan lamanya tidak terpakai. Saat aku melihat ke langit-langit ruangan,
terdapat lampu-lampu menyala terang yang diselingi oleh beberapa air conditioner yang menyerupai
ventilasi. Tidak adanya saklar dan remote
AC membuat setiap orang yang baru pertama kali masuk ke dalam ruangan akan
langsung mengetahui bahwa setiap lampu dan air
conditioner yang ada hanya dapat dinyalakan dari kantor pusat. Tepat di
bagian tengah langit-langit, sebuah proyektor terpasang sempurna menghadap ke
papan tulis putih pada dinding di depan kelas. Terdapat sebuah layar yang dapat
ditarik dari bagian atas papan tulis untuk menangkap proyeksi gambar ketika
dibutuhkan. “Hmm, pemandangan yang sama, kelas yang tidak berubah, dan suasana
yang tetap familiar, meskipun sudah dua bulan.”, gumamku dalam hati.
“Woy!”,
tiba-tiba terdengar suara yang memfokuskan pandanganku kembali setelah dari
tadi melayang-layang dalam ruangan. Ternyata sudah ada beberapa orang yang duduk
diam dalam ruangan ini. Temanku menyapa kembali dengan guyonan yang seperti
biasa. “Hei!” ujarku yang mencoba untuk membalas sapaannya seadanya. Aku mulai
beranjak ke kursi hijau sederet dengannya untuk mengumpulkan kembali tenaga
yang terpakai dari perjalanan dua lantai kampus. “Gimana lu?”, sapaan demi
sapaan dilanjutkan dengan perbincangan kecil. Ternyata pembicaraan yang sudah
dua bulan lamanya tidak terucap bisa berjalan dengan lancar tanpa rasa
canggung. Mungkin sebenarnya rasa cemas tadi saat pertama aku melangkahkan kaki
ke ruangan ini tidak diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar