KONSTRUKSI
MEDIA MASSA METRO TV MENGENAI BASUKI TJAHAJA PURNAMA DALAM PEMBERITAAN KASUS
SUMBER WARAS
Pengantar
TV dan Radio
Oleh
:
Hizkia
Dwiatmaja (1400410023)
DIGITAL
COMMUNICATION STUDY PROGRAM
GREEN
ECONOMY AND DIGITAL COMMUNICATION FACULTY
SURYA
UNIVERSITY
SERPONG
2016
1.
Latar Belakang
Pada
era digital seperti sekarang ini, peranan berita menjadi sangat penting bagi
masyarakat. Berita yang merupakan laporan dan informasi tentang suatu
peristiwa, opini, situasi, serta kondisi, menjadi sebuah kebutuhan yang tidak
bisa diabaikan oleh khalayak (Harno, 2012).
Dalam kehidupan setiap harinya, masyarakat selalu memiliki rasa keinginan untuk
mengetahui informasi terkini apa yang sedang terjadi di dunia. Oleh karena itu,
peran berita sudah dapat dianggap sebagai
salah satu kebutuhan pokok guna memenuhi rasa ingin tahu dan
ketertarikan khalayaknya.
Media
massa merupakan sebuah sarana penyampai informasi yang digunakan untuk
menyajikan berbagai berita. Seiring perkembangan teknologi yang pesat, media
massa dengan informasinya yang beragam setiap hari menjadi semakin mudah
diakses oleh setiap orang. Namun perlu diketahui bahwa peran media yang begitu
besar dapat menjadikannya sebagai alat pembangun kontrol sosial dalam
masyarakat (Pratiwi, 2012). Dalam berita yang disampaikan, media
dapat mengubah opini, perilaku, bahkan kepercayaan individu dalam masyarakat.
Setiap
berita yang disampaikan oleh pihak media telah melalui proses pemilahan sebelum
disajikan kepada khalayak. Media dapat mengubah, menyeleksi, membatasi, atau
menekankan pada aspek tertentu berita, sehingga apa yang menurut media baik
untuk disajikan akan mereka pilih untuk tampilkan. Fenomena ini menjelaskan
bahwa setiap media memiliki frame masing-masing
dalam membawakan beritanya. Laporan mengenai realitas yang disampaikan kepada
khalayak telah dikonstruksikan sedemikian rupa oleh sudut media massa (Pratiwi, 2012).
Kita
ambil contoh seperti dalam kasus dugaan korupsi pembelian lahan rumah sakit
Sumber Waras pada awal April 2016 lalu. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama yang dikenal juga dengan Ahok, melakukan pembelian lahan Sumber Waras
pada bulan Desember 2014. BPK menyatakan adanya pelencengan dari biaya yang
terlalu mahal sehingga pembelian lahan ini diduga menciptakan kerugian negara
sebesar Rp. 191 Miliar. Meskipun begitu, KPK yang telah meminta keterangan dari
Ahok tidak berhasil menemukan indikasi adanya korupsi sehingga tidak
melanjutkan ke tahap penyelidikan dalam kasus ini. Peristiwa inilah yang
kemudian menjadi sorotan banyak media massa salah satunya Metro TV. Proses
pemberitaan Metro TV terhadap Ahok difokuskan pada salah satu isu tertentu yang
menjadi frame media itu sendiri.
Dalam
analisis ini akan diambil salah satu berita berjudul “Panggung Politik di
Sumber Waras” yang diberitakan oleh Metro TV pada program acara Metro Hari Ini tanggal 14 Juni
2016. Berita ini dipilih karena membahas
isu lengkap informasi pasca pernyataan ketidakbersalahan Ahok. Selain itu,
media Metro TV juga turut menghadirkan beberapa tamu dari pengamat hukum tata
negara dan direktur eksekutif CITA untuk memberikan informasi secara lebih
terinci. Meskipun terdapat kedatangan pihak ketiga, media tetap dapat
mengkonstruksi realita sebuah isu, sehingga materi ini perlu dicermati lebih
dalam. Di sisi lain, media massa Metro TV dipilih karena merupakan media yang
telah banyak memberitakan mengenai kasus serupa dan peneliti ingin mengamati
proses pemberitaan media ini.
2.
Framing
Analisis
framing merupakan salah satu metode untuk menganalisis suatu wacana, khususnya
teks media, untuk mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh pihak
media ketika menyajikan sebuah isu atau berita. Dalam framing,
informasi-informasi ditempatkan dalam suatu konteks khas yang dapat membuat
suatu isu lebih difokuskan daripada isu yang lain (Eriyanto, 2002:186).
Penekanan isu dan perbedaan sudut pemberitaan media inilah yang dapat
menciptakan suatu opini tersendiri bagi publik.
Robert
N. Entman, seorang ahli yang mendasari analisis framing media, menyatakan ada
dua hal penting dalam analisa teks media, yaitu seleksi isu dan penekanan isu
tertentu. Seleksi isu merupakan bagaimana suatu isu dipilih dan mengabaikan isu
yang lain, sedangkan penekanan isu menyorot suatu isu dengan fokus yang lebih
sehingga lebih bermakna. Penonjolan isu ini dapat dilihat dari penempatan
berita, penempatan dalam berbagai edisi, pemakaian grafis, generalisasi,
simplifikasi, dan lain-lain (Akram, 2015).
Menurut Entman, analisis framing dapat dilakukan melalui beberapa langkah
meliputi pengidentifikasian masalah, mendefinisikan sumber masalah, membuat
keputusan moral, dan mnyajikan rekomendasi penyelesaian masalah.
3.
Analisa Konstruksi Pemberitaan Media Massa Metro TV Terkait
Isu Ahok dan Sumber Waras
Kasus
dugaan korupsi Sumber Waras bermula ketika Badan Pemeriksa Keuangan Indonesia (BPK)
menyatakan terdapat perbedaan harga penjualan lahan rumah sakit Sumber Waras
yang ditetapkan oleh NJOP (Harga rata-rata dari transaksi jual beli) dengan
harga pada transaksi yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) tidak sebanding sehingga diduga menimbulkan kerugian uang
negara. Media mulai gencar memberitakan saat KPK memanggil Ahok untuk
memberikan keterangan, dan saat KPK tidak berhasil menemukan tindak korupsi
yang dilakukan oleh Ahok.
Dalam
penyampaian berita “Panggung Politik di Sumber Waras” oleh Metro TV, dijelaskan
informasi pasca pernyataan Ahok yang tidak bersalah oleh KPK dan bagaimana
peran tokoh politik memainkan kekuasaannya di balik layar sebuah institusi. Tamu
dari pihak pengamat hukum dan seorang direktur eksekutif CITA (Center of Indonesian Taxation Analysis),
didatangkan oleh media Metro TV untuk berbagi informasi. Namun dalam wawancara
pihak media dengan para tamu, Metro TV masih dapat membuat bingkai dari suatu isu yang disampaikan untuk membentuk
realita pengamatnya. Hal ini dapat dilihat dari penekanan isu tertentu beserta
kecenderungan pertanyaan yang dilontarkan oleh pewawancara.
Sebelum
melihat lebih jauh arah pemberitaan media ini, dapat diulas terlebih dahulu
satu per satu unsur yang terdapat dalam pemberitaan.
1.
Pendefinisian
Masalah
Setelah dinyatakan
bahwa KPK tidak menemukan tindakan pelanggaran hukum dalam kasus pembelian
lahan Sumber Waras oleh Ahok, Ahok dibebaskan dari tuduhan dugaan korupsi.
Kemudian, media membahas bagaimana kemungkinan terjadinya kegiatan politisasi
dalam lembaga non politik yang mengoposisi Ahok dalam kasus Sumber Waras.
2.
Perkiraan Sumber
Masalah
Pernyataan BPK yang menduga
kemungkinan keterlibatan Ahok dalam korupsi Sumber Waras tidak berada pada dasar
yang kuat. Penyelidikan KPK yang mendalam tidak menemukan adanya tindakan
pelanggaran hukum oleh Ahok. Hal ini membuat media menciptakan fokus pemberitaan
apakah ada motif-motif lain dibalik pernyataan BPK.
3.
Keputusan Moral
Dalam pemberitaan ini
BPK dipandang sebagai institusi yang tidak profesional dalam memberikan
laporan. Pendapat mengenai kemungkinana adanya motif lain yang ditujukan kepada
Ahok menunjukkan jelas bahwa pandangan para pengamat terhadap BPK adalah
negatif.
4.
Rekomendasi
Penyelesaian Masalah
Merespons pandangan
adanya aktivitas politisasi yang menyerang Ahok dalam lembaga BPK yang bukan
merupakan lembaga politik, narasumber menyarankan bahwa peristiwa ini merupakan
momentum untuk melakukan pembersihan dari para tokoh yang masih terkait erat
dalam politik, sebab masyarakat membutuhkan lembaga yang kredibel dalam
menjalankan tugasnya.
4.
Kecenderungan Pemberitaan Media Massa Metro TV Terhadap
Perpolitikan yang Melibatkan Ahok
Dari
hasil pengamatan pemberitaan Metro TV, terdapat suatu pusat perhatian yang
menjadi fokus dalam isu. Hal ini dapat dilihat dari seleksi dan penekanan isu
yang dibawakan oleh media. Metro TV memilih aktivitas politisasi yang terjadi
dalam lembaga non politik BPK yang dilihat sebagai kemungkinan aktivitas
mengoposisi Ahok. Selain itu, pihak presenter media terus mengulangi kata
“Politisasi” seolah menekankan bahwa adanya aktivitas politik yang berperan
dalam melatarbelakangi kasus Sumber Waras ini. Metro TV mengkonstruksi
pemberitaannya dalam batasan aktivitas politik yang terjadi dari sebuah lembaga
negara terhadap Ahok.
Kecenderungan
media dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh presenter
media terhadap narasumber. Presenter yang menyatakan kecurigaan politisasi
dalam kasus hukum memberikan seolah memberi anggapan bahwa lembaga BPK
melakukan serangan politik terhadap Ahok berbalutkan hukum. Selain itu,
pertanyaan presenter apakah lembaga tidak bisa dipisahkan dari politisasi juga
memicu pendapat narasumber tentang sejarah politik partai-partai dari tokoh
oposisi Ahok yang terlibat dalam kasus
Sumber Waras. Pendapat yang menyatakan “Apabila
cara menyelesaikan masalah dilakukan dengan motif politik tertentu, maka kita
tidak bisa menjadi bangsa yang besar, karena hanya bertujuan untuk menjatuhkan
lawan politik kita, pemimpin yang
dipersepsikan bersih,” menunjukkan jelas kecenderungan penilaian negatif
terhadap tindakan lembaga yang masih terikat oleh politisasi dan kecenderungan
keberpihakan kepada Ahok yang dinilai baik dalam masyarakat.
5.
Simpulan
Proses
pemberitaan tidak pernah lepas dari frame
yang diciptakan oleh media massa. Dalam pemberitaan “Panggung Politik di
Sumber Waras,” Metro TV membuat frame dimana
terjadinya sebuah aktivitas politisasi yang dilakukan oleh BPK yang merupakan
lembaga non politis, yang berkemungkinan sebagai aktivitas untuk mengoposisi
Ahok. Pemberitaan dilakukan sedemikian rupa seolah terdapat motif politik bagi
Ahok yang melatarbelakangi kasus Sumber Waras. Kecenderungan media dapat
dilihat dari pertanyaan-pertanyaan pressenter, pendapat mereka, serta opini
dari narasumber yang memandang negatif BPK yang tidak profesional, dan seolah
berpihak kepada tokoh politik seperti Ahok yang dipersepsikan baik oleh masyarakat.
Terakhir, rekomendasi yang disajikan adalah bagaimana kita dapat menyelesaikan
masalah tanpa harus melibatkan motif dan kepentingan politik sehingga dapat
menciptakan negara yang lebih baik.
6.
Daftar Pustaka
Berita
Metro TV 14 Juni 2016. Panggung Politik
di Sumber Waras. https://www.youtube.com/watch?v=3pBe3jSkqtM
Akram, M. (2015, 2 10). Analisis Framing
Pemberitaan Kampanye Presiden 2014 pada TV One dan MetroTV. Diambil kembali
dari Unhas.ac.id: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/12820
Eriyanto. (2002). Analisis
Framing. Diambil kembali dari Google Books:
https://books.google.co.id/books?id=wGwj0CPSjlQC&pg=PA185&lpg=PA185&dq=analisis+framing+entman+-blogspot&source=bl&ots=gXKIpL5vKQ&sig=Y9dwHse84IrCJBhxWzE4Q5T6XCQ&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj658vbru_KAhXCc44KHZB_BGsQ6AEIXDAH#v=onepage&q=analisis%20framing%20ent
Harno. (2012, 8 26). Definisi Berita dan Penjelasan Unsur
5W+1H. Diambil kembali dari Satriamadangkara: satriamadangkara.com/definisi-berita-dan-penjelasan-unsur-5w-1h/
Pratiwi, A. (2012, 3 1). Framing Berita Gayus Tambunan di
Surat Kabar Media Indonesia dan Republika. Diambil kembali dari Esa Unggul:
http://www.esaunggul.ac.id/article/framing-berita-gayus-tambunan-di-surat-kabar-media-indonesia-dan-republika/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar