Komunikasi Massa
Komunikasi massa, atau komunikasi menggunakan media massa merupakan proses penyampaian pesan melalui media massa kepada orang dengan jumlah yang sangat banyak sekaligus. Dalam komunikasi massa, pesan ditujukan bersifat publik dan bukan perseorangan (publicity). Komunikasi massa dirancang untuk mencapai audiens luas dengan waktu yang singkat (rapid). Selain itu, komunikasi massa memiliki sifat yang sementara (transient), sekali pakai, dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan segera. Dalam komunikasi jenis ini, feedback cenderung kecil, langka, dan membutuhkan waktu yang lama.
Media sebagai ruang publik untuk menyampaikan pesan kepada massa sebaiknya dijaga dari berbagai pengaruh dan interests yang mengabaikan kepentingan publik. Media massa sebagai alat penyampai komunikasi massa, turut memiliki beberapa fungsi diantaranya:
- Sebagai pengawas sosial, atau watchdog
- Transmission of Values
- Transformasi budaya
- Memberikan informasi
- Memberikan Hiburan
Terdapat beberapa elemen yang mempengaruhi isi media yaitu:
- Individual Level:
Yaitu perbedaan pengkajian, penilaian, kepentingan, atau persepsi tiap individu.
- Media Routine
Yaitu hal rutinitas media, contohnya seperti wartawan yang dituntut untuk melaporkan peristiwa berita dalam bidang mereka saja
- Organization Level
Yaitu macam-macam perbedaan dari peran organisasi, struktur internal, tujuan, sasaran pasar, hingga teknologi yang digunakan oleh organisasi media
- Extra Media
Yaitu hal-hal diluar media, seperti iklan, penonton, atau hal-hal lain yang mempengaruhi sumber pendapatan media
- Ideological Level
Yaitu ideologi atau kepercayaan yang dianut oleh kepemilikan media seperti agama, sistem kapitalis atau komunis
Perlu diketahui perbedaan massa dan publik:
- Crowd atau Kerumunan: Sekumpulan orang yang berkumpul bersama akibat peristiwa yang tidak terpikirkan
- Massa: Sekumpulan orang yang menerima informasi dan menjadi sasaran penyampaian informasi
- Publik: Sekumpulan orang yang memiliki kepentingan bersama
Mengerti Teori Komunikasi Massa
Teori merupakan segala konsep, penjelasan, pikiran, dan prinsip dari aspek pengalaman manusia untuk menjelaskan atau mengungkapkan suatu sifat fundamental, proses aliran, atau hubungan tiap-tiap peristiwa yang terjadi di kehidupan manusia. Teori komunikasi massa dibuat bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dan manfaat media, serta memberikan pembelajaran tentang aktivitas seputar komunikasi massa dan media.
Dalam teori komunikasi massa, terdapat 4 kategori besar yaitu:
- Post-positivis
Positivis adalah ide yang hanya dapat diperoleh melalui metode ilmiah, empiris, dan dapat diukur. Sedangkan post-positivis merujuk pada pemahaman berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan dengan penelitian dan dilaksanakan dengan cara-cara ilmiah. Pemahaman ini didapat dengan cara yang sistematis, alasan yang logis, serta hubungan sebab-akibat. Pada umumnya teori yang termasuk post-positivis bertujuan untuk memberi penjelasan, memprediksi, dan mengendalikan peristiwa.
- Hermeneutik
Merupakan kelompok teori-teori interpretatif yang mempelajari pengertian mendalam tentang suatu hal. Teori hermeneutik mencari makna tersembunyi suatu hal dan bertujuan untuk memahami suatu masalah agar dapat diterima dan dimaknai secara umum.
- Teori Kritis
Adalah teori-teori yang mempelajari emansipasi dan mencari perubahan dalam dominasi suatu tatanan sosial.
- Teori Normatif
Menjelaskan bagaimana media harus beroperasi dengan tetap mematuhi aturan dan nilai sosial. Selain itu, normatif turut mempelajari kepercayaan yang mengambil alih dan menjadi dasar suatu sistem media, seberapa kuat dasar nilai-nilai tersebut mendukung sistem yang bekerja.
Contoh Beberapa Teori Komunikasi Massa
- Hypodermic Needle Theory
Adalah teori yang menggambarkan media sebagai jarum suntik yang menyuntikkan informasi secara berulang-ulang dan dapat mempengaruhi opini publik. Massa dianggap tidak berdaya (pasif) terhadap efek dari media yang terus mengalirkan arus informasi dan hanya menerima informasi tersebut begitu saja. Model komunikasi teori ini adalah one way system, yaitu informasi dari media langsung disampaikan dan menerpa audiens, berbeda dengan two way system yang beranggapan bahwa audiens dapat turut aktif dan berinteraksi dengan media.
- Spiral of Silence Theory
Menggambarkan bahwa masyarakat minoritas akan cenderung kurang tegas mengemukakan pendapat, atau bahkan diam, ketika berada dalam kelompok mayoritas. Sebaliknya, kelompok mayoritas akan merasa percaya diri dengan pandangan mereka dan akan terdorong menyuarakan pendapatnya terhadap orang lain. Maka dari itu, timbul asumsi bahwa adanya ketakutan dari minoritas akan isolasi apabila mereka menyuarakan opini yang berbeda dengan masyarakat lainnya (mayoritas) sehingga mereka akan cenderung diam saja (silence).
- Bandwagon Effect Theory
Menjelaskan situasi ketika seseorang berusaha untuk menyesuaikan diri dengan pendapat mayoritas di sekitarnya. Hal ini dapat disebabkan karena terpaan media yang kuat dan terus menerus sehingga informasi yang disampaikan dipercaya kebenarannya. Asumsi lain juga menyatakan bahwa individu menyesuaikan diri dengan arus pendapat umum agar tidak diisolasi atau dianggap asing pendapat dan sikapnya. Individu yang memiliki pendapat berbeda cenderung tidak mampu menghadapi kuatnya opini publik (mayoritas) disekitarnya sehingga perlu beradaptasi dan menyesuaikan pendapat diri dengan pendapat mayoritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar