Jumat, 05 Agustus 2016

Analisis Framing Konstruksi Pemberitaan Metro TV Terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Kasus Sumber Waras



KONSTRUKSI MEDIA MASSA METRO TV MENGENAI BASUKI TJAHAJA PURNAMA DALAM PEMBERITAAN KASUS SUMBER WARAS







Pengantar TV dan Radio



Oleh :
Hizkia Dwiatmaja                (1400410023)







DIGITAL COMMUNICATION STUDY PROGRAM
GREEN ECONOMY AND DIGITAL COMMUNICATION FACULTY
SURYA UNIVERSITY
SERPONG
2016




1.      Latar Belakang

Pada era digital seperti sekarang ini, peranan berita menjadi sangat penting bagi masyarakat. Berita yang merupakan laporan dan informasi tentang suatu peristiwa, opini, situasi, serta kondisi, menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa diabaikan oleh khalayak (Harno, 2012). Dalam kehidupan setiap harinya, masyarakat selalu memiliki rasa keinginan untuk mengetahui informasi terkini apa yang sedang terjadi di dunia. Oleh karena itu, peran berita sudah dapat dianggap sebagai  salah satu kebutuhan pokok guna memenuhi rasa ingin tahu dan ketertarikan khalayaknya.
Media massa merupakan sebuah sarana penyampai informasi yang digunakan untuk menyajikan berbagai berita. Seiring perkembangan teknologi yang pesat, media massa dengan informasinya yang beragam setiap hari menjadi semakin mudah diakses oleh setiap orang. Namun perlu diketahui bahwa peran media yang begitu besar dapat menjadikannya sebagai alat pembangun kontrol sosial dalam masyarakat (Pratiwi, 2012). Dalam berita yang disampaikan, media dapat mengubah opini, perilaku, bahkan kepercayaan individu dalam masyarakat.
Setiap berita yang disampaikan oleh pihak media telah melalui proses pemilahan sebelum disajikan kepada khalayak. Media dapat mengubah, menyeleksi, membatasi, atau menekankan pada aspek tertentu berita, sehingga apa yang menurut media baik untuk disajikan akan mereka pilih untuk tampilkan. Fenomena ini menjelaskan bahwa setiap media memiliki frame masing-masing dalam membawakan beritanya. Laporan mengenai realitas yang disampaikan kepada khalayak telah dikonstruksikan sedemikian rupa oleh sudut media massa (Pratiwi, 2012).
Kita ambil contoh seperti dalam kasus dugaan korupsi pembelian lahan rumah sakit Sumber Waras pada awal April 2016 lalu. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang dikenal juga dengan Ahok, melakukan pembelian lahan Sumber Waras pada bulan Desember 2014. BPK menyatakan adanya pelencengan dari biaya yang terlalu mahal sehingga pembelian lahan ini diduga menciptakan kerugian negara sebesar Rp. 191 Miliar. Meskipun begitu, KPK yang telah meminta keterangan dari Ahok tidak berhasil menemukan indikasi adanya korupsi sehingga tidak melanjutkan ke tahap penyelidikan dalam kasus ini. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi sorotan banyak media massa salah satunya Metro TV. Proses pemberitaan Metro TV terhadap Ahok difokuskan pada salah satu isu tertentu yang menjadi frame media itu sendiri.
Dalam analisis ini akan diambil salah satu berita berjudul “Panggung Politik di Sumber Waras” yang diberitakan oleh Metro TV pada program acara Metro Hari Ini tanggal 14 Juni 2016.  Berita ini dipilih karena membahas isu lengkap informasi pasca pernyataan ketidakbersalahan Ahok. Selain itu, media Metro TV juga turut menghadirkan beberapa tamu dari pengamat hukum tata negara dan direktur eksekutif CITA untuk memberikan informasi secara lebih terinci. Meskipun terdapat kedatangan pihak ketiga, media tetap dapat mengkonstruksi realita sebuah isu, sehingga materi ini perlu dicermati lebih dalam. Di sisi lain, media massa Metro TV dipilih karena merupakan media yang telah banyak memberitakan mengenai kasus serupa dan peneliti ingin mengamati proses pemberitaan media ini.

2.      Framing

Analisis framing merupakan salah satu metode untuk menganalisis suatu wacana, khususnya teks media, untuk mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh pihak media ketika menyajikan sebuah isu atau berita. Dalam framing, informasi-informasi ditempatkan dalam suatu konteks khas yang dapat membuat suatu isu lebih difokuskan daripada isu yang lain (Eriyanto, 2002:186). Penekanan isu dan perbedaan sudut pemberitaan media inilah yang dapat menciptakan suatu opini tersendiri bagi publik.
Robert N. Entman, seorang ahli yang mendasari analisis framing media, menyatakan ada dua hal penting dalam analisa teks media, yaitu seleksi isu dan penekanan isu tertentu. Seleksi isu merupakan bagaimana suatu isu dipilih dan mengabaikan isu yang lain, sedangkan penekanan isu menyorot suatu isu dengan fokus yang lebih sehingga lebih bermakna. Penonjolan isu ini dapat dilihat dari penempatan berita, penempatan dalam berbagai edisi, pemakaian grafis, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain (Akram, 2015). Menurut Entman, analisis framing dapat dilakukan melalui beberapa langkah meliputi pengidentifikasian masalah, mendefinisikan sumber masalah, membuat keputusan moral, dan mnyajikan rekomendasi penyelesaian masalah.

3.      Analisa Konstruksi Pemberitaan Media Massa Metro TV Terkait Isu Ahok dan Sumber Waras

Kasus dugaan korupsi Sumber Waras bermula ketika Badan Pemeriksa Keuangan Indonesia (BPK) menyatakan terdapat perbedaan harga penjualan lahan rumah sakit Sumber Waras yang ditetapkan oleh NJOP (Harga rata-rata dari transaksi jual beli) dengan harga pada transaksi yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak sebanding sehingga diduga menimbulkan kerugian uang negara. Media mulai gencar memberitakan saat KPK memanggil Ahok untuk memberikan keterangan, dan saat KPK tidak berhasil menemukan tindak korupsi yang dilakukan oleh Ahok.
Dalam penyampaian berita “Panggung Politik di Sumber Waras” oleh Metro TV, dijelaskan informasi pasca pernyataan Ahok yang tidak bersalah oleh KPK dan bagaimana peran tokoh politik memainkan kekuasaannya di balik layar sebuah institusi. Tamu dari pihak pengamat hukum dan seorang direktur eksekutif CITA (Center of Indonesian Taxation Analysis), didatangkan oleh media Metro TV untuk berbagi informasi. Namun dalam wawancara pihak media dengan para tamu, Metro TV masih dapat membuat bingkai dari  suatu isu yang disampaikan untuk membentuk realita pengamatnya. Hal ini dapat dilihat dari penekanan isu tertentu beserta kecenderungan pertanyaan yang dilontarkan oleh pewawancara.
Sebelum melihat lebih jauh arah pemberitaan media ini, dapat diulas terlebih dahulu satu per satu unsur yang terdapat dalam pemberitaan.
1.      Pendefinisian Masalah
Setelah dinyatakan bahwa KPK tidak menemukan tindakan pelanggaran hukum dalam kasus pembelian lahan Sumber Waras oleh Ahok, Ahok dibebaskan dari tuduhan dugaan korupsi. Kemudian, media membahas bagaimana kemungkinan terjadinya kegiatan politisasi dalam lembaga non politik yang mengoposisi Ahok dalam kasus Sumber Waras.
2.      Perkiraan Sumber Masalah
Pernyataan BPK yang menduga kemungkinan keterlibatan Ahok dalam korupsi Sumber Waras tidak berada pada dasar yang kuat. Penyelidikan KPK yang mendalam tidak menemukan adanya tindakan pelanggaran hukum oleh Ahok. Hal ini membuat media menciptakan fokus pemberitaan apakah ada motif-motif lain dibalik pernyataan BPK.
3.      Keputusan Moral
Dalam pemberitaan ini BPK dipandang sebagai institusi yang tidak profesional dalam memberikan laporan. Pendapat mengenai kemungkinana adanya motif lain yang ditujukan kepada Ahok menunjukkan jelas bahwa pandangan para pengamat terhadap BPK adalah negatif.
4.      Rekomendasi Penyelesaian Masalah
Merespons pandangan adanya aktivitas politisasi yang menyerang Ahok dalam lembaga BPK yang bukan merupakan lembaga politik, narasumber menyarankan bahwa peristiwa ini merupakan momentum untuk melakukan pembersihan dari para tokoh yang masih terkait erat dalam politik, sebab masyarakat membutuhkan lembaga yang kredibel dalam menjalankan tugasnya.

4.      Kecenderungan Pemberitaan Media Massa Metro TV Terhadap Perpolitikan yang Melibatkan Ahok

Dari hasil pengamatan pemberitaan Metro TV, terdapat suatu pusat perhatian yang menjadi fokus dalam isu. Hal ini dapat dilihat dari seleksi dan penekanan isu yang dibawakan oleh media. Metro TV memilih aktivitas politisasi yang terjadi dalam lembaga non politik BPK yang dilihat sebagai kemungkinan aktivitas mengoposisi Ahok. Selain itu, pihak presenter media terus mengulangi kata “Politisasi” seolah menekankan bahwa adanya aktivitas politik yang berperan dalam melatarbelakangi kasus Sumber Waras ini. Metro TV mengkonstruksi pemberitaannya dalam batasan aktivitas politik yang terjadi dari sebuah lembaga negara terhadap Ahok.
Kecenderungan media dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh presenter media terhadap narasumber. Presenter yang menyatakan kecurigaan politisasi dalam kasus hukum memberikan seolah memberi anggapan bahwa lembaga BPK melakukan serangan politik terhadap Ahok berbalutkan hukum. Selain itu, pertanyaan presenter apakah lembaga tidak bisa dipisahkan dari politisasi juga memicu pendapat narasumber tentang sejarah politik partai-partai dari tokoh oposisi Ahok  yang terlibat dalam kasus Sumber Waras. Pendapat yang menyatakan “Apabila cara menyelesaikan masalah dilakukan dengan motif politik tertentu, maka kita tidak bisa menjadi bangsa yang besar, karena hanya bertujuan untuk menjatuhkan lawan politik kita, pemimpin yang dipersepsikan bersih,” menunjukkan jelas kecenderungan penilaian negatif terhadap tindakan lembaga yang masih terikat oleh politisasi dan kecenderungan keberpihakan kepada Ahok yang dinilai baik dalam masyarakat.

5.      Simpulan

Proses pemberitaan tidak pernah lepas dari frame yang diciptakan oleh media massa. Dalam pemberitaan “Panggung Politik di Sumber Waras,” Metro TV membuat frame dimana terjadinya sebuah aktivitas politisasi yang dilakukan oleh BPK yang merupakan lembaga non politis, yang berkemungkinan sebagai aktivitas untuk mengoposisi Ahok. Pemberitaan dilakukan sedemikian rupa seolah terdapat motif politik bagi Ahok yang melatarbelakangi kasus Sumber Waras. Kecenderungan media dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan pressenter, pendapat mereka, serta opini dari narasumber yang memandang negatif BPK yang tidak profesional, dan seolah berpihak kepada tokoh politik seperti Ahok yang dipersepsikan baik oleh masyarakat. Terakhir, rekomendasi yang disajikan adalah bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah tanpa harus melibatkan motif dan kepentingan politik sehingga dapat menciptakan negara yang lebih baik.

6.      Daftar Pustaka

Berita Metro TV 14 Juni 2016. Panggung Politik di Sumber Waras. https://www.youtube.com/watch?v=3pBe3jSkqtM
Akram, M. (2015, 2 10). Analisis Framing Pemberitaan Kampanye Presiden 2014 pada TV One dan MetroTV. Diambil kembali dari Unhas.ac.id: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/12820
Eriyanto. (2002). Analisis Framing. Diambil kembali dari Google Books: https://books.google.co.id/books?id=wGwj0CPSjlQC&pg=PA185&lpg=PA185&dq=analisis+framing+entman+-blogspot&source=bl&ots=gXKIpL5vKQ&sig=Y9dwHse84IrCJBhxWzE4Q5T6XCQ&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj658vbru_KAhXCc44KHZB_BGsQ6AEIXDAH#v=onepage&q=analisis%20framing%20ent
Harno. (2012, 8 26). Definisi Berita dan Penjelasan Unsur 5W+1H. Diambil kembali dari Satriamadangkara: satriamadangkara.com/definisi-berita-dan-penjelasan-unsur-5w-1h/
Pratiwi, A. (2012, 3 1). Framing Berita Gayus Tambunan di Surat Kabar Media Indonesia dan Republika. Diambil kembali dari Esa Unggul: http://www.esaunggul.ac.id/article/framing-berita-gayus-tambunan-di-surat-kabar-media-indonesia-dan-republika/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar