Minggu, 11 Oktober 2015

Deskripsi Kampus


Tugas: Penulisan Pengalaman Deskriptif  Kampus
Mata Kuliah: Penulisan Kreatif 
Dosen: Helena Rebecca
Oleh: Hizkia Dwiatmaja
1400410023/Digital Communication


Akhir dari Liburan

            Ruang 202F. Setelah dua bulan lamanya aku tidak menginjakkan kaki di sebuah ruangan kelas, aku mulai melangkahkan kakiku menuju ruangan tersebut. Perasaan berdebar-debar sekaligus cemas memenuhi dadaku. Bayangkan saja, sudah dua bulan aku tidak berada di kampus dan bertemu dengan teman-teman. Pastinya aku akan merasa canggung untuk memulai percakapan. “Apakah mereka akan membicarakan pengalaman liburan mereka? Apakah yang harus kukatakan apabila  mereka menagih oleh-oleh?”, aku memikirkan berbagai kemungkinan tersebut.
Belum selesai aku berimajinasi, kakiku telah mengantarku sampai tepat di depan ruang 202F. Pintu besar yang terbuat dari kayu dengan jendelanya terbuka begitu saja. Ketika aku mulai melangkahkan kakiku masuk ke dalam ruangan,  terlihat bangku khas kampus yang berwarna hijau dengan meja lipatnya, tertata rapi enam baris di sebelah kanan dan empat baris di sebelah kiri sejumlah lima deret masing-masingnya. Pada bagian kanan depan kelas terdapat meja dan kursi khusus untuk dosen yang tidak pernah berubah letaknya. Komputer PC yang selalu menemani meja dosen terlihat berdebu menandakan dua bulan lamanya tidak terpakai. Saat aku melihat ke langit-langit ruangan, terdapat lampu-lampu menyala terang yang diselingi oleh beberapa air conditioner yang menyerupai ventilasi. Tidak adanya saklar dan remote AC membuat setiap orang yang baru pertama kali masuk ke dalam ruangan akan langsung mengetahui bahwa setiap lampu dan air conditioner yang ada hanya dapat dinyalakan dari kantor pusat. Tepat di bagian tengah langit-langit, sebuah proyektor terpasang sempurna menghadap ke papan tulis putih pada dinding di depan kelas. Terdapat sebuah layar yang dapat ditarik dari bagian atas papan tulis untuk menangkap proyeksi gambar ketika dibutuhkan. “Hmm, pemandangan yang sama, kelas yang tidak berubah, dan suasana yang tetap familiar, meskipun sudah dua bulan.”, gumamku dalam hati.
Woy!”, tiba-tiba terdengar suara yang memfokuskan pandanganku kembali setelah dari tadi melayang-layang dalam ruangan. Ternyata sudah ada beberapa orang yang duduk diam dalam ruangan ini. Temanku menyapa kembali dengan guyonan yang seperti biasa. “Hei!” ujarku yang mencoba untuk membalas sapaannya seadanya. Aku mulai beranjak ke kursi hijau sederet dengannya untuk mengumpulkan kembali tenaga yang terpakai dari perjalanan dua lantai kampus. “Gimana lu?”, sapaan demi sapaan dilanjutkan dengan perbincangan kecil. Ternyata pembicaraan yang sudah dua bulan lamanya tidak terucap bisa berjalan dengan lancar tanpa rasa canggung. Mungkin sebenarnya rasa cemas tadi saat pertama aku melangkahkan kaki ke ruangan ini tidak diperlukan.
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar